Yogyakarta, 7 September 2019
Di bawah panas teriknya matahari
Ku injakkan kakiku di tanah Jogja
Dengan gumpalan harapan yang telah memenuhi dada
Ku beranikan diri untuk melepasnya malam ini
Ku yakin bahwa malam ini takkan sama dengan minggu lalu
Namun sebelum mengetuk istanamu, aku ingin bertemu denganNya terlebih dahulu
Dan setelah isya berlalu, kulangkahkan kaki ke istana megah itu
Malam ini kan menjadi malam yang bersejarah bagiku
Namun... entah kenapa saat dipersimpangan gang itu
Kakiku tiba-tiba diam terpaku
Tiba-tiba hatiku menolak untuk menuju
Mungkin butuh tambahan waktu dan tenaga untuk ke istana itu
8 September 2019
Mentari terbangun di ufuk timur
Burung-burung berkicau berhamburan di langit biru
Pagi itu, wajah kota Jogja sangat cerah berseri
Menyambut kehadiranku untuk menyatakan janji suci
Namun hati dan pikiranku masih kelabu
Aku masih bertanya-tanya bagaimana akhir dari perjalananku kali ini
Akankah berakhir dengan haru
atau akankah berakhir dengan pilu
Pukul setengah sembilan, kucoba tegapkan langkah kembali
Kini ada sahabat seperjuanganku menemani
Ku ketuk pintu pagar hitam itu
Seorang perempuan membukakan pagar dengan ramah dan lembut
Dinding putih dihiasi dengan lemari piala dan sebuah bingkai foto
Rasanya tak asing dengan suasana ruangan itu
Walau sudah lama aku tak pernah singgah di tempat itu
Tak lama kemudian, secangkir teh datang membubarkan memori yang sedang berjalan di otakku
Diikuti dengan pria yang sudah tak asing lagi di pikiranku
Akupun mencoba memulai perbincangan hangat di siang itu
Padahal aku adalah orang yang tak banyak bicara
Entah kenapa saat itu aku merasa menjadi pendialog yang hebat
Yang selalu menemukan topik untuk dibicarakan, hahaha
Waktu terus berlalu, tak terasa sang mentari telah menjadi raja di siang hari
Kusudahi tetesan teh yang terakhir
Dan kini waktuku beraksi
Menyampaikan harapan yang telah kupendam ribuan hari
Saat kuucapkan kata suci pertama itu
Raut muka mereka berubah seketika
Aku paham dengan apa yang beliau rasakan
Gelisah, bingung, dan mungkin sulit untuk berkata-kata
Sama sepertiku yang tak pandai berkata-kata
Yang tak pandai membawa suasana
Namun dengan segenap hati, niat, dan doa
Akhirnya kalimat-kalimat suciku telah usai keluar semua
Kini semua rasa, harapan, dan cinta telah ku layangkan
Sekarang engkaulah yang menentukan
Apakah membiarkan semua itu tetap melayang semakin jauh
Atau menarik dan mendaratkan pada hatimu
Walaupun aku merasa semua itu akan terus melayang
Ku kan berusaha tak kecewa
Setidaknya aku telah berusaha
Memenuhi semua janji, komitmen, dan harapan
Yang telah kusampaikan sebelumnya
Kini izinkan aku pamit untuk kembali ke Jakarta
Membawa asa yang telah tercipta di Jogja
Semoga kau dapat memberi jawaban terbaik
Sehingga tak akan ada pihak yang tercabik
Terima kasih Jogja
Kau telah memberi banyak pengalaman
Memang kamu istimewa
Beserta seluruh penghunimu disana
Depok, 17 September 2019 22.55
@KhafidzHidayat
Di bawah panas teriknya matahari
Ku injakkan kakiku di tanah Jogja
Dengan gumpalan harapan yang telah memenuhi dada
Ku beranikan diri untuk melepasnya malam ini
Ku yakin bahwa malam ini takkan sama dengan minggu lalu
Namun sebelum mengetuk istanamu, aku ingin bertemu denganNya terlebih dahulu
Dan setelah isya berlalu, kulangkahkan kaki ke istana megah itu
Malam ini kan menjadi malam yang bersejarah bagiku
Namun... entah kenapa saat dipersimpangan gang itu
Kakiku tiba-tiba diam terpaku
Tiba-tiba hatiku menolak untuk menuju
Mungkin butuh tambahan waktu dan tenaga untuk ke istana itu
8 September 2019
Mentari terbangun di ufuk timur
Burung-burung berkicau berhamburan di langit biru
Pagi itu, wajah kota Jogja sangat cerah berseri
Menyambut kehadiranku untuk menyatakan janji suci
Namun hati dan pikiranku masih kelabu
Aku masih bertanya-tanya bagaimana akhir dari perjalananku kali ini
Akankah berakhir dengan haru
atau akankah berakhir dengan pilu
Pukul setengah sembilan, kucoba tegapkan langkah kembali
Kini ada sahabat seperjuanganku menemani
Ku ketuk pintu pagar hitam itu
Seorang perempuan membukakan pagar dengan ramah dan lembut
Dinding putih dihiasi dengan lemari piala dan sebuah bingkai foto
Rasanya tak asing dengan suasana ruangan itu
Walau sudah lama aku tak pernah singgah di tempat itu
Tak lama kemudian, secangkir teh datang membubarkan memori yang sedang berjalan di otakku
Diikuti dengan pria yang sudah tak asing lagi di pikiranku
Akupun mencoba memulai perbincangan hangat di siang itu
Padahal aku adalah orang yang tak banyak bicara
Entah kenapa saat itu aku merasa menjadi pendialog yang hebat
Yang selalu menemukan topik untuk dibicarakan, hahaha
Waktu terus berlalu, tak terasa sang mentari telah menjadi raja di siang hari
Kusudahi tetesan teh yang terakhir
Dan kini waktuku beraksi
Menyampaikan harapan yang telah kupendam ribuan hari
Saat kuucapkan kata suci pertama itu
Raut muka mereka berubah seketika
Aku paham dengan apa yang beliau rasakan
Gelisah, bingung, dan mungkin sulit untuk berkata-kata
Sama sepertiku yang tak pandai berkata-kata
Yang tak pandai membawa suasana
Namun dengan segenap hati, niat, dan doa
Akhirnya kalimat-kalimat suciku telah usai keluar semua
Kini semua rasa, harapan, dan cinta telah ku layangkan
Sekarang engkaulah yang menentukan
Apakah membiarkan semua itu tetap melayang semakin jauh
Atau menarik dan mendaratkan pada hatimu
Walaupun aku merasa semua itu akan terus melayang
Ku kan berusaha tak kecewa
Setidaknya aku telah berusaha
Memenuhi semua janji, komitmen, dan harapan
Yang telah kusampaikan sebelumnya
Kini izinkan aku pamit untuk kembali ke Jakarta
Membawa asa yang telah tercipta di Jogja
Semoga kau dapat memberi jawaban terbaik
Sehingga tak akan ada pihak yang tercabik
Terima kasih Jogja
Kau telah memberi banyak pengalaman
Memang kamu istimewa
Beserta seluruh penghunimu disana
Depok, 17 September 2019 22.55
@KhafidzHidayat