Minggu, 10 November 2013

My Crazy Journey : Perjuangan 3 Arjuna Mencari Asa pt 2

                Sudah lama gak nerusin cerita gue waktu di Gunung Arjuna. Oke guys kali ini aku akan ngelanjutin cerita perjalanan paling gila gue waktu mendaki Gunung Arjuna dan Gunung Welirang. Langsung saja ke TKP. :D

Sabtu, 12 Oktober 2013, 21:30 WIB
                Di tengah hiruk pikuk malam minggu di tretes, kami memulai perjalanan menuju hutan, jalanan yang terbuat dari paving masih cukup nyaman bagi kami untuk berjalan. Jalanan sangat gelap, hanya cahaya mungil yang keluar dari senter-senter kami. Jalan mulai menanjak dan kedinginan malam mulai menyentuh kulit. Suasana berubah menjadi hening, hanya suara burung-burung malam yang masih bernyanyi bersahutan.  Tak terasa kami sudah berada di atas Tretes yang hanya terlihat berbagai nyala lampu dari daerah itu. Begitu menakjubkan pemandangan malam yang langka seperti ini.
                Perjalanan tetap kami lanjutkan, dan tak lama kemudian terdengar suara gemericik air. Ternyata kami telah sampai di pos pertama yaitu  pos Pet Bocor. Di pos ini, banyak pendaki yang mengisi perbekalan air dari sebuah kran yang bocor. Ada pula pendaki yang bersantai ria sambil meminum kopi di dalam warung. Ya disini masih ada warga yang membuka warung. Sedangkan kami pun beristirahat sejenak dan mengisi botol kosong kami dengan air. Setelah 5 menitan kami berjalan kembali menuju ke pos selanjutnya.
                Pukul menunjukkan pukul 21.50, hanya suara gesekan alas kaki kami bertujuh yang terdengar. Jalanan kini berubah menjadi bebatuan yang menanjak. Udara pun juga mulai menipis terkikis oleh dinginnya malam. Karena pada rombongan kami terdapat satu perempuan, entah aku lupa namanya. Maka kami setiap beberapa menit berhenti sejenak. Aku, Angga, dan Purwo tidak begitu sabar dengan keadaan ini, malah membuat kami cepat lelah. Namun karena pengalaman pertama kami tidak berani berjalan sendiri di tengah kegelapan hutan.
                Jalan terus menanjak, dan lagi-lagi hanya bebatuan yang kami temui sepanjang jalan dan sedikit debu yang melayang-layang di udara. Dan lagi-lagi mbak gak tau namanya meminta beristirahat lagi. Beruntung sekali kami menemukan tempat yang cukup lapang untuk kami tempati. Di tempat itu, keindahan Tretes dan Pandaan terlihat jelas. Lampu-lampu kota yang berjejer secara rapi dan lampu-lampu mobil yang sedang berjalan, semuanya begitu indah. Ditambah bintang-bintang yang bertaburan di atas langit yang cerah ditemani bulan yang begitu bersinar.
                Tak terasa kami telah beristirahat cukup lama, namun mbak itu masih tidak ingin melanutkan perjalanan dan menyuruh aku, Angga, dan Purwo untuk melanjutkan perjalanan. Dengan tekad yang kuat akhirnya kami melanjutkan perjalanan yang tak tau dimana ujungnya. Kami berjalan begitu cepat dan semangat. Tiba-tiba terdengar lonceng sapi layaknya berjalan di depan kami. Kami pun penasaran dan terus berjalan cepat. Ternyata ada kelompok pendaki yang juga akan menuju ke pos kokopan.
                Karena semangat yang tinggi dari kami, kamipun mengabaikan kelompok pendaki tadi yang berasal dari Surabaya. Lagi-lagi kami berjalan sendiri ditengah bebatuan yang menanjak dan dibatasi rumput-rumput ilalang yang tinggi. Hari semakin malam, persediaan air mulai menipis, tapi kami masih belum sampai di pos kokopan. Nafas kami mulai tersengal-sengal tak karuan. Dengan semangat yang tersisa kami terus melanjutkan perjalanan ke atas. Suara riuh orang-orang mulai terdengar kembali dan tak lama kemudian terlihat banyak tenda yang telah berdiri. Kami akhirnya lega telah sampai di pos kokopan.

                Pukul 23.30 kami sampai di pos kokopan, udara dingin mulai menggentayangi tubuh kami. Dan kami segera mencari tempat untuk mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri kami ngopi sejenak menggunakan bekal kopi yang dibawa purwo untuk menghangatkan tubuh. Kemudian aku mencoba mencari air untuk berwudhu. Setelah mendapat sumber yang cukup deras, aku memberanikan diri untuk berwudhu. Dan akupun berperang melawan dinginnya air dan udara demi ingin mendekatkan diri padaNya. Begitupun dengan ketiga temanku. Kami beribadah bergantian di dalam tenda mungil kami. Setelah semuanya selesai akupun membungkus tubuh ini dengan pakaian hangat dan memulai petualangan ke pulau mimpi.

0 komentar:

Posting Komentar