Gemuruh riuhnya suara tersudut dalam satu tempat. Suara itu, suara-suara mereka yang sering mengagumimu dan memujamu. Aku tetap diam di sini, walau hasratku ingin mengikuti. Namun, mengagumi kini adalah hal terbesar yang sulit aku hindari. Aku yang hanya manusia biasa mendambakanmu sebagai makhlukNya yang sangat sempurna. Bagaikan pungguk merindukan bulan. Aku rasa aku belum pantas untuk saat ini.
Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan
Jumat, 25 Desember 2015
Kamis, 13 Juni 2013
doa
Bismilahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahirobil
alamin, Yaa robbana lakal hamd walakal Mulq walakal Syukir
Kamaa yanbaghi lijalaali waj hika wa adziimi sulthoonik.
Allahumma sholli was salim alaa abdika warosuulika muhammadin.
Wa alaa a’lihi wa asy haabihi ajma'iin.
Ya Allah Ya Tuhan Kami, yang mengatur alam semesta ini
Tiada kata yang patut kami haturkan melainkan sanjungan tertinggi bagi-Mu,
Karena hanya atas kuasa dan ijin-Mu lah pada pagi hari ini kami bisa berkumpul
dalam rangka acara Kemah Besar Gugusdepan HOS Cokroaminoto tahun 2012/2013.
Minggu, 05 Mei 2013
Mengapa Harus Menghirup Air Saat Berwudhu?
Pintu masuk kotoran ke dalam tubuh, salah satunya adalah melalui lubang
hidung. Berbagai kotoran dan debu yang beterbangan dan tak terlihat oleh
mata, dapat terhirup masuk ke dalam hidung. Apalagi dengan polusi udara
yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor.
Hal itu dapat menyebabkan kesehatan terganggu. Karena itu, sebaiknya
kita senantiasa menjaga kebersihan hidung dengan cara membersihkannya
menggunakan air, yaitu memasukkannya (menghirup) ke dalam hidung
kemudian dikeluarkan kembali.
Dalam wudhu disunatkan menghirup air dari hidung dan dikeluarkan
lewat mulut. Cara ini adalah penangkal efektif ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut), TBC, dan kanker secara dini.
Dalam penelitian yang dilakukan Muhammad Salim, tentang manfaat
kesehatan wudhu, dijelaskan, bahwa berwudhu dengan cara yang baik dan
benar, maka tubuh seseorang akan terhindar dari segala penyakit.
“Sesungguhnya cara berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh
tangan lalu berkumur-kumur, kemudian mengambil air dan menghirupnya ke
dalam hidung lalu mengeluarkannya. Langkah ini dilakukan sebanyak tiga
kali dan seterusnya.”
Dan berdasarkan analisisnya, orang-orang yang tidak berwudhu, maka
warna hidung mereka memudar dan berminyak, terdapat banyak kotoran dan
debu.
Ditambahkanya, rongga hidung mereka itu memiliki permukaan yang lengket
dan berwarna gelap. Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu,
jelas Salim, permukaan rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan
tidak berdebu.
Selain itu, kata dia, jumlah kuman tampak lebih banyak terdapat
pada rongga hidung orang yang tidak berwudhu, dan itu menjadi tempat
pertumbuhan kuman penyakit. Kondisi tersebut, akan mempercepat
pertumbuhan dan penularan kuman penyakit lainnya.
Sementara itu, orang-orang yang senantiasa mengerjakan wudhu, maka
hidung mereka tampak bersih dari kuman. Bahkan, lanjut Salim, tempat
pertumbuhan kuman relatif tidak ada.
Penelitian Muhammad Salim ini juga menjelaskan, bahwa orang yang
berwudhu dengan memasukkan air ke dalam rongga hidungnya, kendati hanya
sekali, maka hal itu dapat membersihkan hidung dari separoh penyakit.
Selanjutnya, bila memasukkan air ke dalam rongga hidung sebanyak
dua kali, maka dapat menambah sepertiga kebersihan. Kemudian, jika
memasukkan air sebanyak tiga kali, maka hidung benar-benar bersih dari
kuman.
Dari hal yang tampaknya kecil dan bahkan disepelekan, ternyata
wudhu mengandung hikmah yang sangat besar manfaatnya bagi kesehatan
seseorang. Rasul SAW bersabda:
“Sempurnakan wudhu, lakukan istinsyaq, yaitu memasukkan air ke dalam lubang hidung, kecuali jika kamu berpuasa.”
Secara ilmiah telah dibuktikan, besarnya manfaat yang bisa dipetik
dari wudhu, terutama dalam hal membersihkan lubang hidung. Logikanya,
apabila sekali berwudhu dan melakukan istinsyaq, maka hal itu dapat
menjaga kebersihan hidung hingga 3-5 jam. Dan bila kotor lagi, maka
dapat dibersihkan dengan wudhu berikutnya.
Lebih tegas lagi, Muhammad Salim menjelaskan, orang yang rajin
berwudhu dengan melakukan istinsyaq dan istintsar (mengeluarkan air dari
hidung),kemudian melanjutkannya dengan mendirikan shalat, maka hal itu
dapat menghilangkan 11 kuman penyakit membahayakan yang ada di dalam
lubang hidung, terutama dalam hal gangguan pernafasan, radang paru-paru,
panas rumatik, penyakit rongga hidung, dan lain-lain. Sebaliknya, orang
yang tidak berwudhu, akan lebih mudah terkena penyakit gangguan
pernafasan.
Prof Hembing menambahkan, hidung merupakan reseptor penciuman
(sel-sel olfaktoris) yang lebih peka daripada reseptor pengecap (lidah) .
Disebutkan, hidung mampu membedakan lebih dari 10 ribu macam bau-bauan.
Saluran nafas atau indera penciuman terdapat di hidung pada lapisan
selaput lendir. Indera ini dapat menerima rangsangan berupa bau atau
oflaksi oleh sel pembau. Sel pembau mempunyai ujung-ujung berupa rambut
halus, yang dihubungkan dengan urat syaraf melalui tulang saringan dan
bersatu menjadi urat syaraf elfektori menuju pusat pencium bau di otak.
Indera ini dapat membantu indera pengecap (lidah) menaikkan selera
makan.
Dan bila seseorang terkena influenza (pilek dan flu), maka indera
penciuman akan mengalami gangguan dan akan kurang mampu dalam menerima
rangsangan bau. Selain itu, akan berkurang pula selera makannya.
Hembing menambahkan, hidung bisa menjadi alat penyaringan. Di dalam
rongga hidung terdapat rambut-rambut yang berfungsi menyaring debu-debu
yang akan masuk ke dalam hidung bersama dengan udara. Adanya indera
pembau dalam rongga hidung dapat menyebabkan gas yang tidak enak baunya
dan tidak berguna bagi tubuh akan dapat dihindari.
Selain itu, tambahnya, hidung juga berfungsi sebagai alat
penghangatan. Adanya konka yang permukaannya banyak mempunyai kapiler
darah yang menyebabkan udara masuk lewat rongga hidung akan dihangatkan.
Ia menambahkan, banyak manfaat yang dapat dipetik dari
ber-istinsyaq danistintsar ini. Setiap kali orang membersihkan dan
membasuh hidung, maka kuman penyakit seperti sinusitis, influenza (pilek
dan flu), bronchitis, dan lainnya akan hilang. Dan faedah yang bisa
diambil dari membasuh hidung ini memiliki makna ganda, yakni untuk
kesehatan fisik dan kesehatan jiwa. (eramuslim)
Source : Jurnal Haji Umroh
Sabtu, 04 Mei 2013
Meraih Pahala Sebelum Tidur
Alangkah
beruntungnya seorang muslim. Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan
amalan-amalan yang bernilai ibadah yang bisa dilakukan pada setiap keadaan
dalam berbagai aktifitas kesehariannya sehingga sangat banyak kesempatan untuk
meraih pahala.
Salah
satu diantaranya adalah ketika seorang muslim hendak tidur, Allah dan Rasul-Nya
telah mengajarkan banyak amalan ringan sebelum tidur yang apabila amalan
tersebut dilakukan akan bernilai pahala di sisi Allah. Berikut akan dibawakan
beberapa amalan yang bisa dilakukan oleh seorang muslim ketika hendak tidur.
Menutup
Pintu, Memadamkan Api (Lampu), dan Menutup Bejana
Dianjurkan
bagi seorang muslim untuk menutup pintu, memadamkan api (lampu), dan menutup
bejana yang ada di rumahnya sebelum tidur. Hal ini berdasarkan sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu‘anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Padamkanlah lampu
di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat
bejana-bejana makanan dan minuman.”(HR Bukhori-Muslim).
Berwudhu
Anjuran
untuk berwudhu sebelum tidur dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh sahabat Al Baro’ bin ‘Azib bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka
berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan
badanmu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Membersihkan Tempat Tidur
Dianjurkan
pula untuk mengibaskan kain pada tempat tidur sebanyak tiga kali sebelum
berbaring. Anjuran ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Apabila seorang dari kamu akan tidur pada tempat
tidurnya, maka hendaklah mengibaskan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih
dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya…”. Di dalam riwayat
yang lain dijelaskan bahwa jumlah kibasan yang dianjurkan adalah sebanyak tiga
kali (HR. Bukhari dan Muslim).
Berbaring pada Bagian Kanan Badan
Posisi
awal yang dianjurkan ketika tidur adalah dengan menumpukan badan pada bagian
kanan badan dan dianjurkan pula untuk menjadikan tangan kanan sebagai bantal
untuk kepala. Hal ini berdasarkan hadits yang telah dibawakan di atas,
bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jika
kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat,
lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam
riwayat lain dijelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila
tidur beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya (HR. Abu Dawud,
At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban). Adapun ketika telah terlelap tidak
mengapa jika posisi badan berubah.
Membaca Beberapa Surat/Ayat Al Qur’an
Ada
beberapa surat/ayat yang dianjurkan untuk dibaca menjelang tidur. Diantaranya:
Al
Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas,
‘Aisyah radhiyallahu‘anha berkata, “Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua
telapak tangannya, lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul
huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al
Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau
mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau
dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang
demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari)
Ayat
Kursi, hal ini berdasarkan hadits yang
diriwiyatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu (HR.
Bukhari).
Dua
ayat terakhir dari surat Al-Baqoroh,berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam “Barangsiapa membaca
dua ayat tersebut pada malam hari, maka dua ayat tersebut telah
mencukupkan-nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Surat
Al Kafirun, berdasarkan sebuah hadits yang
mengisahkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengajarkan
sahabat Naufal untuk membaca surat Al Kafirun sebelum tidur (HR Abu Dawud,
Ahmad, dan At Tirmidzi).
Surat
Al Mulk dan As Sajdah, hal ini
berdasarkan penjelasan sahabat Jabir bin Abdillah, beliau berkata, “Tidaklah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tidur sampai beliau membaca alif lam
mim tanzilus sajdah (surat As Sajdah) dan Tabarokalladzi biyadihil mulk (surat
Al Mulk)” (HR Bukhari).
Membaca Beberapa Dzikir dan Do’a
Ada
banyak dzikir dan do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam untuk dibaca sebelum tidur. Berikut diantaranya:
“Bismikallahumma
amuut wa ahyaa” (HR Bukhari)
“Allahumma
qiini ‘adzabaka yauma tab’atsu i’badak” (HR
Abu Dawud)
“Bismikarabbii
wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa
fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin.” (HR Bukhori dan Muslim)
Menjauhi Hal-hal Makruh
Ada
beberapa hal yang makruh yang sepatutnya dijauhi untuk dilakukan sebelum tidur.
Diantaranya:
Makruh
tidur di atas dak terbuka, berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat
`Ali bin Syaiban bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah
jaminan darinya” (HR. Bukhari).
Makruh
tidur dalam posisi telungkup (perut sebagai tumpuan), Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,“Sesungguhnya cara berbaring seperti ini (telungkup)
adalah cara berbaringnya penghuni neraka“. (HR Ibnu Majah)
Demikian
diantara amalan-amalan ringan yang bisa dilakukan oleh seorang muslim sebelum
tidur. Semoga Allah memudahkan kita dalam setiap kebaikan di sisa umur kita.
Amiin. [Muhammad Rezki Hr]
Diterjemahkan
dan diringkas dari: Kitabul Adab, Bab Al Adab An Naum, Karya Syaikh Fuad ‘Abdul
Aziz Asy Syalhub.
Source : Dinamika Islam
Manfaat dan Keutamaan Berwudhu Sebelum Tidur
Salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
adalah bersuci dengan berwudhu sebelum tidur. Oleh karena pada suatu kesempatan
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa tidur di malam hari dalam keadaan
suci (berwudhu) maka Malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun
niscaya Malaikat itu akan berucap' Ya Allah ampunilah hambaMu si fulan, karena
ia tidur di malam hari dalam keadaan selalu suci , "(HR Ibnu Hibban dari
Ibnu Umar ra).
![]() |
wudhu |
Lalu apa manfaatnya berwudlu sebelum tidur?
Pertama, menenangkan otot-otot sebelum istirahat. Mungkin
tidak terlalu banyak penjelasan. Dapat dibuktikan dalam ilmu kedokteran bahwa
percikan air wudhu itu merupakan suatu metode atau cara mengendurkan otot-otot
yang kaku dalam beraktifitas. Dampak positifnya jika seseorang itu telah
melakukan wudhu, maka pikiran kita akan terasa tenang. Badan tidak akan terasa
letih.
Kedua, mencerahkan kulit wajah. Wudhu dapat mencerahkan
kulit wajah karena manfaat wudhu ini menghilangkan kotoran dalam kulit. Kotoran-kotoran
yang menempel pada kulit wajah kita akan selalu hilang dan tentunya wajah kita
menjadi cerah dan bersih. Daripada sekedar membersihkan wajah, bukankah
sebaiknya kita berwudhu sekalian?
Ketiga, didoakan malaikat. Malaikat akan
selalu berdoa memohon perlindungan kepada umat muslim yang selalu berwudhu
sebelum tidur. Malaikat adalah makhluk yang selalu berzikir kepada Allah. Niscaya
doanya akan selalu dikabulkan oleh Allah.
Melihat manfaat dan keutamaan berwudhu sebelum tidur di
atas, rasanya sayang kalau kita sia-siakan kesempatan setiap malam menjelang
tidur tanpa berwudhu. Mari biasakan wudhu sebelum tidur, agar tidur kita
mempunyai nilai plus.
Jumat, 27 Juli 2012
Misteri dan Rahasia Adzan Shalat Subuh

"Ash shalaatu khairun minan naum"
Jika kita terjemahkan, akan berarti "Sholat itu lebih baik daripada tidur". Tetapi coba perhatikan baik baik. Mengapa kalimat itu hanya dikumandangkan saat adzan subuh saja?
Dalam kalimat itu Allah SWT ternyata sedang memberikan isyarat kasih sayangnya pada kaum muslimin, sebuah isyarat yang sering kita abaikan maknanya.
Lalu mengapa isyarat itu justru dikumandangkan hanya pada adzan shalat subuh, tatkala kita semua sedang terlelap, dan bukan pada adzan untuk shalat lain?
Penjelasan Ilmiahnya:
Pada studi MILIS, studi GISSI 2 dan studi-studi lain di luar negeri, yang dipercaya sebagai suatu penelitian yang shahih mendapati sebuah kesimpulan jika puncak terjadinya serangan jantung sebagian besar dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 12 siang.
Mengapa demikian? Karena pada saat itu sudah terjadi perubahan pada sistem tubuh dimana terjadi kenaikan tegangan saraf simpatis (istilah Cina:Yang) dan penurunan tegangan saraf parasimpatis (YIN).

Tegangan simpatis yang meningkat akan menyebabkan kita siap tempur, tekanan darah akan meningkat, denyutan jantung lebih kuat dan sebagainya.
Pada tegangan saraf parasimpatis yang meningkat maka terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung kurang kuat dan ritmenya melambat. Terjadi peningkatan aliran darah ke perut untuk menggiling makanan dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga kita merasa mengantuk, pokoknya yang cenderung kepada keadaan istirahat.
Pada pergantian waktu pagi buta (mulai pukul 3 dinihari) sampai siang itulah secara diam-diam tekanan darah berangsur naik, terjadi peningkatan adrenalin yang berefek meningkatkan tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah (efek vasokontriksi) dan meningkatkan sifat agregasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku) walaupun kita tertidur.
Aneh bukan? Hal ini terjadi pada semua manusia, setiap hari termasuk Anda dan saya maupun bayi Anda. Hal seperti ini disebut sebagai ritme Circardian / Ritme sehari-hari, yang secara kodrati diberikan Allah SWT kepada manusia.
Furchgott dan Zawadsky pada tahun 1980 dalam penelitiannya mengeluarkan sekelompok sel dinding arteri sebelah dalam pada pembuluh darah yang sedang diselidikinya (dikerok).

Pembuluh darah yang normal yang tidak dibuang sel-sel yang melapisi dinding bagian dalamnya akan melebar bila ditetesi suatu zat kimia yaitu Asetilkolin.
Pada penelitian ini terjadi keanehan, dengan dikeluarkannya sel-sel dari dinding sebelah dalam pembuluh darah itu, maka pembuluh tadi tidak melebar kalau ditetesi asetilkolin.
Penemuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan dalam dunia kedokteran.
"Jadi inilah yang menentukan melebar atau menyempitnya pembuluh darah, suatu penemuan baru yang sudah sekian lama, sekian puluh tahun diteliti tapi tidak ketemu".
Penelitian itu segera diikuti penelitian yang lain diseluruh dunia untuk mengetahui zat apa yang ada didalam sel bagian dalam pembuluh darah yang mampu mengembangkan / melebarkan pembuluh itu. Dari sekian ribu penelitian maka zat tadi ditemukan oleh Ignarro serta Murad dan disebut NO/Nitrik Oksida.
Ketiga peneliti itu Furchgott dan Ignarro serta Murad mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.
Zat NO selalu diproduksi, dalam keadaan istirahat tidur pun selalu diproduksi, namun produksi dapat ditingkatkan oleh obat golongan Nifedipin dan nitrat dan lain-lain tetapi juga dapat ditingkatkan dengan bergerak dan olahraga.
Efek Nitrik oksida yang lain adalah mencegah kecenderungan membekunya darah dengan cara mengurangi sifat agregasi / sifat menempel satu sama lain dari trombosit pada darah kita.
Jadi kalau kita kita bangun tidur pada pagi buta dan bergerak, maka hal itu akan memberikan pengaruh baik pada pencegahan gangguan kardiovaskular.
Naiknya kadar NO dalam darah karena exercise, yaitu wudhu dan shalat sunnah dan wajib, apalagi bila disertai berjalan ke mesjid merupakan proteksi bagi pencegahan kejadian kardiovaskular, tanpa manusia menyadarinya.

Selain itu patut dicatat bahwa pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejang, posisi ini meningkatkan tonus parasimpatis (yang melawan efek tonus simpatis).
Dengan exercise, tubuh memproduksi NO untuk melawan peningkatan kadar zat adrenalin di atas yang berefek menyempitkan pembuluh darah dan membuat sel trombosit darah kita jadi bertambah liar dan saling merangkul.
Sejak awal kedatangan Islam, Allah menyerukan shalat subuh. Hanya saja Allah tidak secara jelas menyatakan manfaat akan hal ini karena tingkat ilmu pengetahuan manusia belum sampai dan masih harus mencarinya sendiri walaupun harus melalui rentang waktu ribuan tahun.
Petunjuk bagi kemaslahatan umat adalah tanda kasih-Nya pada hamba-Nya. Bukti manfaat instruksi Allah baru datang 1400 tahun kemudian. Allahu Akbar.
Source: Apakabardunia
Selasa, 24 Juli 2012
Hadits Huru Hara di Bulan Ramadhan (tahun 2012), Shahihkah?
Assalamualaikum wr.wb. Ust farid mohon penjelasannya utk
hal dibawah ini dan apakah hadist yg diriwayatka oleh Nu'aim bin Hammad
ini shohih ? Jazakallah khair
Cuba lihat kalendar untuk tahun 2012... 1
Ramadhan pada tahun 2012 jatuh pada 20 Julai iaitu hari Jumaat, jadi 3
Ogos 2012 bersamaan 15 Ramadan juga pada hari Jumaat. Sama dengan satu
hadis Nabi SAW tentang huru hara besar yang akan terjadi pada tengah
malam pertengahan Ramadhan iaitu hari Jumaat 15 Ramadhan di bumi ini.
Huru hara yang akan mengejutkan semua orang yang sedang tidur... Satu
suara yang amat dahsyat akan kita dengar dari langit, bukan kiamat
tetapi huru hara tersebut akan melenyapkan umat manusia di atas muka
bumi ini sebanyak 2/3, yang tinggal hanya 1/3 shj. ( Menurut kajian
NASA, pada 21-12-2012 satu planet yg yang dikenali planet X akan
melintasi bumi ) Adakah kita semua ni tergolong dalam 1/3 itu? Adakah
peristiwa itu akn berlaku pada 2012?? Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui..
Yang penting kita perbanyakkan ibadat dan berdoa agar kita termasuk dlm
golongan yg dilindungi Allah, jika mati biarlah kita mati dlm Islam dan
beriman.. Apa pun, peristiwa itu pasti akan berlaku mengikut hadis Nabi
SAW di bawah..
Dari Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dengan sanadnya bahawa Rasulullah SAW bersabda:
Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan itul...". Kami bertanya: "Suara apakah, ya Rasulullah? " Beliau menjawab: "Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumaat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumaat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan solat Subuh pada hari Jumaat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: " Mahasuci Al-Quddus, Mahasuci Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus ", kerana barangsiapa melakukan hal itu akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu akan binasa". (Al Hadis). (Dari @ Nizar dan lainnya)
Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan itul...". Kami bertanya: "Suara apakah, ya Rasulullah? " Beliau menjawab: "Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumaat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumaat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan solat Subuh pada hari Jumaat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: " Mahasuci Al-Quddus, Mahasuci Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus ", kerana barangsiapa melakukan hal itu akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu akan binasa". (Al Hadis). (Dari @ Nizar dan lainnya)
Jawaban:
Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa Ashhabihi wa Man waalah, wa ba’d:
Ada beberapa penanya yang menanyakan hal
serupa kepada kami, dan katanya hadits ini sedang ramai beredar
dibicarakan FB dan beberapa forum di internet.
Langsung saja ......., berikut ini adalah teks Arab hadits yang ditanyakan:
عن ابن
مسعود قال قال رسول الله : - صلى الله عليه وسلم - إذا كانت صيحة فى
رمضان فإنه يكون معمعة فى شوال وتمييز القبائل فى ذى القعدة وتسفك الدماء
فى ذى الحجة والمحرم وما المحرم يقولها ثلاث مرات هيهات هيهات يقتل الناس
فيه هرجا هرجا قلنا وما الصيحة يا رسول الله قال هدة فى النصف من رمضان
ليلة الجمعة فتكون هدة توقظ النائم وتقعد القائم وتخرج العواتق من خدورهن
فى ليلة جمعة فى سنة كثيرة الزلازل والبرد فإذا وافق شهر رمضان فى تلك
السنة ليلة الجمعة فإذا صليتم الفجر من يوم الجمعة فى النصف من رمضان
فادخلوا بيوتكم وأغلقوا أبوابكم وسدوا كواكم ودثروا أنفسكم وسدوا آذانكم
فإذا أحسستم بالصيحة فخروا لله سجدا وقولوا سبحان القدوس سبحان القدوس ربنا
القدوس فإنه من فعل ذلك نجا ومن لم يفعل هلك
Hadits ini terdapat dalam kitab Al Fitan, karya Nu’aim bin Hammad, Juz. 1, Hal. 228, No. 638. Juga kitab Kanzul ‘Ummal, karya Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi No. 39627.
Sanad hadits tersebut sebagai berikut, berkata Nu’aim bin Hammad:
حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ قَالَ : حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ الْحَارِثِ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
Berkata kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Luhai’ah, dia berkata: berkata kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al Bunani, dari ayahnya, dari Al Haarits Al Hamdani, dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ... (lalu disebut hadits di atas)
Hadits ini memiliki banyak cacat, yakni pada semua perawinya –kecuali Ibnu Mas’ud Radhiallalhu ‘Anhu:
1. Nu’aim bin Hammad
Beliau termasuk seorang imam, beliaulah yang menyusun kitab Al Fitan sendiri, tetapi para imam hadits telah mengkritiknya dengan tajam. Tentang Beliau dan kitab Al Fitan, Imam Adz Dzahabi berkata:
لا يجوز لاحد أن يحتج به، وقد صنف كتاب " الفتن " فأتى فيه بعجائب ومناكير.
“Tidak boleh bagi seorang pun berhujjah
dengannya, dan Dia telah menyusun kitab Al Fitan, yang di dalamnya
terdapat banyak keanehan dan kemungkaran.” (As Siyar A’lamin Nubala, 10/609)
Imam An Nasa’i mengatakan: “Dia orang yang lemah (dhaif).”
Imam Al Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits
demi membela sunah.” Imam Al ‘Abbas bin Mush’ab mengatakan dalam Tarikh-nya:
“Dia memalsukan sebah buku untuk membantah kaum Jahmiyah.” Oleh
karenanya Imam Adz Dzahabi mengatakan tentangnya: “Salah satu imam
dunia, yang memiliki kelemahan dalam haditsnya.” (Lihat semua dalam Mizanul I’tidal, 4/267-269)
Ada yang menilainya jujur dan terpercaya, seperti Imam
Yahya bin Ma’in, Imam Ahmad, dan Imam Al ‘Ijli, dan Imam Al Bukhari
pernah mengambil hadits darinya. (Ibid) Namun dalam kitab yang lain Imam Ibnu Ma’in pernah mengkritiknya.
Dalam As Siyar disebut oleh Imam Adz Dzahabi,
menurut Imam Al ‘Abbas bin Mush’ab bahwa Nu’aim bin Hammad telah
memalsukan satu buku untuk membantah Imam Abu Hanifah dan Muhammad bin
Al Hasan, serta memalsukan 13 buku untuk membantah kelompok Jahmiyah.
Shalih Al Jazarah dan Az Zuhri mengatakan, Nu’aim bin
Hammad adalah seorang yang memiliki banyak hadits-hadits munkar yang
tidak bisa diikuti. Imam Yahya bin Ma’in ditanya tentang haditsnya
Nu’aim bin Hammad, beliau menjawab: “haditsnya bukan apa-apa (maksudnya
jangan dianggap, pen).”
Ibnu Hammad Ad Daulabi mengatakan: “Nu’aim bin Hammad dhaif.”
Ahmad bin Syu’aib, Ibnu Hammad, dan lainnya mengatakan: “Dia memalsukan
hadits demi membela sunah, dan memalsukan hikayat para ulama tentang
fitnahnya Abu Hanifah, semua adalah dusta.” Imam An Nasa’i mengatakan:
“Dia telah memasuki batas sebagai orang yang tidak boleh dijadikan
hujjah.”
Imam Ibnu Hibban berkata tentang dia: “Suka salah dan
bimbang.” Ibnu Yunus mengatakan: “Dia meriwayatkan hadits-hadits munkar
dari orang-orang yang bisa dpercaya.” (Lihat semua dalam Siyar A’lamin Nubala, 10/595 – 611)
2. Abu Umar
Inilah cacat kedua. Abu Umar, dia adalah Hammad bin Waqid Al ‘Isya Ash Shafar. Beliau adalah guru dari Nu’aim bin Hammad.
Abu Umar Hammad bin Waqid ini telah didhaifkan para ulama. Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: “dhaif.” Imam Al Bukhari berkata: “munkarul hadits – haditsnya munkar.” Imam Abu Zur’ah dan lainnya: “Layyin –lemah.” Imam Al Fallas mengatakan: “Banyak salah dan wahm (bimbang/ragu).” (Lihat Al Mizan, 1/600)
3. Ibnu Lahi’ah
Beliau adalah rawi yang terkenal kelemahannya, yakni
buruk pada sisi hapalannya, khususnya setelah buku-bukunya terbakar.
Ishaq bin Isa mengatakan kitab-kitabnya terbakar pada tahun 169H.
Diceritakan bahwa Imam Yahya bin Said Al
Qaththan sama sekali tidak mau menganggap hadits Ibnu Luhai’ah. Imam
Abdurrahman bin Mahdi mengatakan: “Saya tidak membawakan haditsnya
sedikit atau banyak.” Imam Muslim mencertakan bahwa Waki’, Yahya, dan
Ibnu Mahdi meninggalkan hadits Ibnu Lahi’ah. Imam An Nasa’i mengatakan:
“Laisa bitsiqah – bukan orang terpercaya.” Abdurrahman bin Kharrasy
mengatakan: “Jangan ditulis haditsnya.” Abu Zur’ah dan Yahya bin Ma’in
mengatakan: “Tidak bisa dijadikan hujjah.” Abu Ishaq Al Jauzajaani
mengatakan: “Haditsnya tidak memiliki cayaha, tidak bisa dijadikan
hujah, dan jangan diikuti.” (Lengkapnya lihat As Siyar, 8/11-31)
4. Abdul Wahhab bin Husain
Imam Al Hakim berkata tentang beliau: “Majhuul – tidak dikenal.” (Al Mustadrak No. 8590), Al Hafizh Ibnu Hajar juga berkata tentang beliau: “Majhuul .” (Lisanul Mizan, 4/87)
5. Muhammad bin Tsaabit Al Bunani
Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: “Laisa biqawwi – tidak kuat.” Imam Abu Hatim mengatakan: “Tidak bisa dijadikan hujah dan haditsnya munkar.” Abu Zur’ah berkata: “Layyin – lemah.” (Imam Abdurrahman bin Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 7/217)
Imam An Nasa’i mengatakan: “Dhaif. Imam Ibnu ‘Adi mengatakan: “haditsnya tidak bisa diikuti.” Imam Al Bukhari mengatakan: “Padanya ada yang pertimbangkan.” (Mizanul I’tidal, 3/495)
6. Al Haarits Al Hamdani
Dia adalah Al A’war (buta sebelah matanya). Kun-yahnya adalah Abu Zuhair. Dia juga lemah, bahkan sebagian menuduhnya sebagai pendusta.
Asy Sya’bi berkata: “Bercerita kepadaku Al Haarits Al A’war, dan dia adalah Kadzdzaab – pendusta.” Ibrahim berkata: “Dia tertuduh (sebagai pendusta).” Ibnu Al Madini berkata: “Kadzdzaab.” Yahya bin Ma’in mengatakan: “Dhaif.” An Nasa’i berkata: “Laisa bilqawwi – bukan orang kuat.” Ad Daruquthni mengatakan: “Dhaif.”
Yahya Al Qaththan mengatakan: “Umumnya apa yang diriwayatkannya tidak
terjaga.” Ibnu Hibban berkata: “Beliau orang yang ekstrim tasyayyu’ (condong ke syi’ah), dan haditsnya lemah.” (Mizanul I’tidal, 1/435-437)
Maka, betapa mengenaskan riwayat ini! Seandainya satu
perawi saja yang bermasalah sudah cukup menjatuhkan hadits ini, namun
hadits ini ada enam perawi yang bermasalah, bahkan beberapa di antara
mereka ada yang disebut sebagai pemalsu hadits dan pendusta. Oleh
karenanya para ulama seperti Imam Adz Dzahabi dalam At Talkhish, Imam Ibnul Qayyim dalam Al Manar Al Munif, Syaikh Al Albani dalam Adh Dhaifah menyebutkan bahwa ini adalah hadits palsu (maudhu’), dan hendaknya kita berhati-hati terhadap riwayat yang semisal ini. (Lihat Syaikh Abdullah Al Faqih, Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 41701. Syaikh Al Albani, As Silsilah Adh Dhaifah No. 6471)
Wa Shallallahu ‘ala Nabiyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam. Wallahu A’lam
Source : Ustadz Farid Nu'man
Rabu, 11 Juli 2012
Al-Quran Mengakui Keberadaan UFO?
Apakah benar kitab suci umat Islam mengakui keberadaan mahluk planet lain? Masalah ini selalu menjadi kajian menarik para ahli tafsir. Ada yang mengamini, dan ada pula yang menampiknya.
Berikut ini salah satu kajian yang ditulis oleh Yudi N. Ihsan, pegiat pengajian di Bremen, Jerman. Terlepas dari shahih atau masih perlu dikaji kembalinya tulisan Yudi N. Ihsan, berpulang kepada diri kita masing-masing.
Singkat kata, selamat membaca...
Berikut ini salah satu kajian yang ditulis oleh Yudi N. Ihsan, pegiat pengajian di Bremen, Jerman. Terlepas dari shahih atau masih perlu dikaji kembalinya tulisan Yudi N. Ihsan, berpulang kepada diri kita masing-masing.
Singkat kata, selamat membaca...
ifanobi.com
Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar sepanjang masa. Pertamakali dibukukan di jaman Khalifah Abu Bakr, lalu pembukuannya disempurnakan di jaman Khalifah Umar bin Khathab. Sedangkan di jaman Khalifah Utsman mulai ditetapkan bentuk hurufnya serta diperbanyak sehingga dikenal istilah Rosam Utsmani. Ilmu tata bahasa al-Qur’an (nahwu dan sharaf) mulai diperkenalkan di jaman khalifah Ali bin Abi Thalib.
Salah satu keistimewaan al-Qur’an adalah memungkinkan penafsirannya yang terus berkembang dan selalu up to date. Salah satu contohnya adalah yang terdapat di dalam surat Ar-Ra’du (13) ayat 15.
Dan hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) “Man” yang ada di langit dan di Bumi, baik dengan kemauan sendiri (taat), ataupun terpaksa, begitupula bayang-bayangnya (ikut sujud) di pagi dan petang hari (QS 13:15).
Ayat tersebut menjelaskan adanya “Man” di langit dan di Bumi. Lalu siapakah yang dimaksud “Man” di dalam ayat ini?
1. Di dalam tata bahasa al-Qur’an (arab) “Man” menunjukan makhluk yang diberi akal. Sedangkan makhluk berakal yang diciptakan Allah swt ada 4, yaitu: Malaikat, Iblis, Jin, dan Manusia. Oleh sebab itu makhluk-makhluk lain seperti binatang, tumbuhan, atau benda mati tidak bisa disebut “Man” tetapi disebut “Maa”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka “Man” bermakna “Siapa” dan “Maa” bermakna “Apa”.
2. Ciri-ciri “Man” yang dimaksud di dalam ayat di atas adalah:
a) Sujud dengan taat kepada Allah;
b) Sujud dengan terpaksa kepada Allah; dan
c) Memiliki bayang-bayang.
Ayat tersebut berbunyi: Walillahi yasjudu Man fi ssamaawaati wal ardhi, jika diterjemahkan menjadi: Dan kepada Allah “Man” di langit dan di Bumi bersujud/beribadah. Itu bunyi paragraf pertama dari ayat tersebut.
Paragraf ini menjelaskan adanya “Man” di langit dan di Bumi yang bersujud/beribadah kepada Allah. Lalu dilanjutkan dengan kalimat: Thou’an wa karhan wa dzilaluhum…., jika diterjemahkan menjadi: Taat, dan terpaksa, dan bayang-bayang mereka…… paragraf ini menjelaskan cirri-ciri “Man” yang dimaksud pada paragraf pertama. Bahwa sujud/ibadahnya si “Man” yang dimaksud di atas kadang kala taat, kadang terpaksa, dan mereka memiliki bayang-bayang.
3. Perlu diketahui lagi bahwa kata As-samaawaati pada ayat tersebut berbentuk jamak. Sehingga menjadi petunjuk bahwa “Man” yang berada di luar planet Bumi akan tersebar di banyak planet lain.
4. Jika melihat ciri-ciri tersebut diatas maka tidak mungkin yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Malaikat, karena Malaikat selalu patuh kepada Allah, tidak pernah terpaksa, dan tidak memiliki bayang-bayang.
5. Juga tidak mungkin yang maksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Iblis, karena Iblis tidak pernah taat kepada Allah serta tidak memiliki bayang-bayang.
6. Dan tidak mungkin pula yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Jin. Walaupun ada Jin yang taat dan terpaksa, tetapi Jin tidak memiliki bayang-bayang.
7. Maka yang dimaksud dengan “Man” pada ayat tersebut adalah makhluk seperti manusia. Yaitu mahkluk yang kadang kala taat, atau terpaksa serta memiliki bayang-bayang. Oleh sebab itu, ayat tersebut menjadi petunjuk adanya makhluk berakal seperti manusia di luar planet Bumi.
Disamping “Man”, di luar planet Bumi pun Allah swt pun menciptakan “Maa” dari kelompok binatang melata. Sebagaimana firman Allah swt di dalam surat An-Nahl (16) ayat 49.
Dan hanya kepada Allah-lah sujud “Maa” yang melata yang ada dilangit dan “Maa” yang melata yang ada di Bumi. Dan para Malaikat, dan mereka tidak menyombongkan diri. (QS 16:49).
Ayat tersebut menjelaskan adanya “Maa” dan “Malaikat” di langit dan di Bumi yang selalu sujud kepada Allah serta tidak sombong. Pada ayat ini tidak ada istilah terpaksa, sebagai bukti bahwa Malaikat dan “Maa” selalu sujud dengan taat kepada Allah swt.
Mengakhiri pembahasan tentang makhluk di luar Bumi maka silahkan simak firman Allah swt di dalam surat Asy-Syura (42) ayat 29.
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah menciptakan langit dan Bumi dan “Maa” yang melata yang Ia sebarkan pada keduanya. DAN IA MAHA KUASA UNTUK MENGUMPULKAN (MEMPERTEMUKAN) SEMUANYA (MAKHLUK LANGIT DAN BUMI) APABILA IA BERKEHENDAK (QS 42:29).
Ayat tersebut menjadi petunjuk adanya kemungkinan pertemuan (interaksi) antara manusia yang ada di langit dengan manusia yang ada di Bumi bahkan kemungkinan saling berjodoh, tentunya jika Allah swt sudah berkehendak. Wallahu a’lam bishowab.
Salah satu keistimewaan al-Qur’an adalah memungkinkan penafsirannya yang terus berkembang dan selalu up to date. Salah satu contohnya adalah yang terdapat di dalam surat Ar-Ra’du (13) ayat 15.
Dan hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) “Man” yang ada di langit dan di Bumi, baik dengan kemauan sendiri (taat), ataupun terpaksa, begitupula bayang-bayangnya (ikut sujud) di pagi dan petang hari (QS 13:15).
Ayat tersebut menjelaskan adanya “Man” di langit dan di Bumi. Lalu siapakah yang dimaksud “Man” di dalam ayat ini?
1. Di dalam tata bahasa al-Qur’an (arab) “Man” menunjukan makhluk yang diberi akal. Sedangkan makhluk berakal yang diciptakan Allah swt ada 4, yaitu: Malaikat, Iblis, Jin, dan Manusia. Oleh sebab itu makhluk-makhluk lain seperti binatang, tumbuhan, atau benda mati tidak bisa disebut “Man” tetapi disebut “Maa”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka “Man” bermakna “Siapa” dan “Maa” bermakna “Apa”.
2. Ciri-ciri “Man” yang dimaksud di dalam ayat di atas adalah:
a) Sujud dengan taat kepada Allah;
b) Sujud dengan terpaksa kepada Allah; dan
c) Memiliki bayang-bayang.
Ayat tersebut berbunyi: Walillahi yasjudu Man fi ssamaawaati wal ardhi, jika diterjemahkan menjadi: Dan kepada Allah “Man” di langit dan di Bumi bersujud/beribadah. Itu bunyi paragraf pertama dari ayat tersebut.
Paragraf ini menjelaskan adanya “Man” di langit dan di Bumi yang bersujud/beribadah kepada Allah. Lalu dilanjutkan dengan kalimat: Thou’an wa karhan wa dzilaluhum…., jika diterjemahkan menjadi: Taat, dan terpaksa, dan bayang-bayang mereka…… paragraf ini menjelaskan cirri-ciri “Man” yang dimaksud pada paragraf pertama. Bahwa sujud/ibadahnya si “Man” yang dimaksud di atas kadang kala taat, kadang terpaksa, dan mereka memiliki bayang-bayang.
3. Perlu diketahui lagi bahwa kata As-samaawaati pada ayat tersebut berbentuk jamak. Sehingga menjadi petunjuk bahwa “Man” yang berada di luar planet Bumi akan tersebar di banyak planet lain.
4. Jika melihat ciri-ciri tersebut diatas maka tidak mungkin yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Malaikat, karena Malaikat selalu patuh kepada Allah, tidak pernah terpaksa, dan tidak memiliki bayang-bayang.
5. Juga tidak mungkin yang maksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Iblis, karena Iblis tidak pernah taat kepada Allah serta tidak memiliki bayang-bayang.
6. Dan tidak mungkin pula yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Jin. Walaupun ada Jin yang taat dan terpaksa, tetapi Jin tidak memiliki bayang-bayang.
7. Maka yang dimaksud dengan “Man” pada ayat tersebut adalah makhluk seperti manusia. Yaitu mahkluk yang kadang kala taat, atau terpaksa serta memiliki bayang-bayang. Oleh sebab itu, ayat tersebut menjadi petunjuk adanya makhluk berakal seperti manusia di luar planet Bumi.
Disamping “Man”, di luar planet Bumi pun Allah swt pun menciptakan “Maa” dari kelompok binatang melata. Sebagaimana firman Allah swt di dalam surat An-Nahl (16) ayat 49.
Dan hanya kepada Allah-lah sujud “Maa” yang melata yang ada dilangit dan “Maa” yang melata yang ada di Bumi. Dan para Malaikat, dan mereka tidak menyombongkan diri. (QS 16:49).
Ayat tersebut menjelaskan adanya “Maa” dan “Malaikat” di langit dan di Bumi yang selalu sujud kepada Allah serta tidak sombong. Pada ayat ini tidak ada istilah terpaksa, sebagai bukti bahwa Malaikat dan “Maa” selalu sujud dengan taat kepada Allah swt.
Mengakhiri pembahasan tentang makhluk di luar Bumi maka silahkan simak firman Allah swt di dalam surat Asy-Syura (42) ayat 29.
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah menciptakan langit dan Bumi dan “Maa” yang melata yang Ia sebarkan pada keduanya. DAN IA MAHA KUASA UNTUK MENGUMPULKAN (MEMPERTEMUKAN) SEMUANYA (MAKHLUK LANGIT DAN BUMI) APABILA IA BERKEHENDAK (QS 42:29).
Ayat tersebut menjadi petunjuk adanya kemungkinan pertemuan (interaksi) antara manusia yang ada di langit dengan manusia yang ada di Bumi bahkan kemungkinan saling berjodoh, tentunya jika Allah swt sudah berkehendak. Wallahu a’lam bishowab.
Source : Apakabardunia
Senin, 16 April 2012
Teori Fisika Hawking, Mengungkap Perjalanan Isra Rasulullah SAW
Salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah diperjalankannya beliau
oleh Allah SWT melalui peristiwa Isra’ Mi’raj. Banyak yang coba
mengungkapkan peristiwa tersebut secara ilmiah, salah satunya melalui
Teori Fisika paling mutahir, yang dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.

Stephen Hawking
Teori Lubang Cacing
Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Hukum Gerak.
Kemudian dilanjutkan oleh Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907).
Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoritis.
Dr. Stephen Hawking dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai tiori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan topnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum.
Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.
Berdasarkan teori Roger Penrose :
Dengan cara membalik prosesnya, maka diperoleh teori berikut :
Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (kiamat) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur.
Dalam kondisi singularitas awal jagat raya, Teori Relativitas, karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilkan besaran yang tidak dapat diramalkan.
Menurut Hawking bila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan “jagat raya”, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya.
Di sini kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.
Pada kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan.
Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.

Ilustrasi Lubang Cacing
Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking “telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika.
Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.
Dalam bahasa ilmu kalam :
Menurut Dr. H.M. Nasim Fauzi, sesuai dengan teori Stephen Hawking, manusia dengan waktu nyatanya tidak bisa menjangkau masa depan (dan masa silam).
Tetapi bila manusia dengan kekuasaan Allah, bisa memasuki waktu maya (waktu Allah) maka manusia melalui “lubang cacing” bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa melihat masa kebangkitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga kemudian kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW, sewaktu menjalani Isra’ dan Mi’raj.

Dari sinilah Rasulullah SAW diperjalankan oleh Allah SWT ke langit.
Sebagaimana firman Allah :
Nampaknya dalam mengungkap Perjalanan Isra, Teori Hawking dengan “Lubang Cacing”-nya, sama logisnya dengan Teori Menerobos Garis Tengah Jagat Raya namun meskipun begitu, teori Hawking, tidak semuanya bisa kita terima dengan mentah-mentah.
Seandainya benar, Rasulullah diperjalankan Allah melalui “lubang cacing” semesta, seperti yang diutarakan oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi, harus diingat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan lintas alam, yakni menuju ke tempat yang kelak dipersiapkan bagi umat manusia, di masa mendatang (surga).
Rasulullah dari masa ketika itu (saat pergi), berangkat menuju surga, dan pada akhirnya kembali ke masa ketika itu (saat pulang).
Dan dengan mengambil teladan peristiwa Isra, kita bisa ambil kesimpulan :
Wallahu a’lamu bisshawab…
Source : Apa Kabar Dunia

Stephen Hawking
Teori Lubang Cacing
Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Hukum Gerak.
Kemudian dilanjutkan oleh Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907).
Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoritis.
Dr. Stephen Hawking dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai tiori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan topnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum.
Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.
Berdasarkan teori Roger Penrose :
“Bintang yang telah kehabisan bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri dan menjadi sebuah titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, sehingga menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black hole).“
Dengan cara membalik prosesnya, maka diperoleh teori berikut :
Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (kiamat) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur.
Dalam kondisi singularitas awal jagat raya, Teori Relativitas, karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilkan besaran yang tidak dapat diramalkan.
Menurut Hawking bila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan “jagat raya”, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya.
Di sini kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.
Pada kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan.
Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
Ilustrasi Lubang Cacing
Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking “telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika.
Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.
Dalam bahasa ilmu kalam :
“Tinta takdir yang jumlahnya lebih banyak daripada seluruh air yang ada di tujuh samudera di bumi telah habis dituliskan di Lauhul Mahfudz pada awal penciptaan, tidak tersisa lagi (tinta) untuk menuliskan perubahannya barang setetes.”
Menurut Dr. H.M. Nasim Fauzi, sesuai dengan teori Stephen Hawking, manusia dengan waktu nyatanya tidak bisa menjangkau masa depan (dan masa silam).
Tetapi bila manusia dengan kekuasaan Allah, bisa memasuki waktu maya (waktu Allah) maka manusia melalui “lubang cacing” bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa melihat masa kebangkitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga kemudian kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW, sewaktu menjalani Isra’ dan Mi’raj.

Dari sinilah Rasulullah SAW diperjalankan oleh Allah SWT ke langit.
Sebagaimana firman Allah :
Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal . . .
(QS. An Najm / 53:13-15)
Nampaknya dalam mengungkap Perjalanan Isra, Teori Hawking dengan “Lubang Cacing”-nya, sama logisnya dengan Teori Menerobos Garis Tengah Jagat Raya namun meskipun begitu, teori Hawking, tidak semuanya bisa kita terima dengan mentah-mentah.
Seandainya benar, Rasulullah diperjalankan Allah melalui “lubang cacing” semesta, seperti yang diutarakan oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi, harus diingat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan lintas alam, yakni menuju ke tempat yang kelak dipersiapkan bagi umat manusia, di masa mendatang (surga).
Rasulullah dari masa ketika itu (saat pergi), berangkat menuju surga, dan pada akhirnya kembali ke masa ketika itu (saat pulang).
Dan dengan mengambil teladan peristiwa Isra, kita bisa ambil kesimpulan :
1. Manusia dengan kekuasaan Allah, dapat melakukan perjalanan lintas alam, untuk kemudian kembali kepada waktu normal.
2. Manusia yang melakukan perjalanan ke masa depan, namun masih pada ruang dimensi alam yang sama, tidak akan kembali kepada masa silam (mungkin sebagaimana terjadi pada Para Pemuda Kahfi).
3. Manusia sekarang, ada kemungkinan dikunjungi makhluk masa silam, tetapi mustahil bisa dikunjungi oleh makhluk masa depan. Hal ini semakin mempertegas, semua kejadian di masa depan, hanya dipengaruhi oleh kejadian di masa sebelumnya.
Wallahu a’lamu bisshawab…
Source : Apa Kabar Dunia
Langganan:
Postingan (Atom)