Pukul 5.30. Kami pun bangun terlalu siang, mentari sudah mulai meninggi. Aku segera keluar dan aktivitas pendaki mulai ramai di pos kokopan. Angga sudah memulai kegiatan memasaknya. Kami memasak bubur instan yang aku bawa. Setelah bubur jadi, kami memakannya bersama-sama. Setelah itu, ada pembagian tugas, aku mengisi semua botol, angga dan purwo membersihkan peralatan memasak yang kotor. Setelah semua botol terisi, kami mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah semua beres barulah kami merubuhkan tenda dan segera melanjutkan perjalanan.
Tak henti-hentinya perjalanan kali ini tetap melewati batuan yang menanjak. Tak lama berjalan kami melihat pemandangan gunung Penanggungan dari kejauhan dan kami berfoto dengan latar belakang pemandangan tersebut. Untuk menghemat waktu kamipun mendaki kembali menyusuri jalanan bebatuan. Setelah 45 menit perjalanan kami beristirahat cukup lama, entah mengapa dada aku cukup sesak untuk bergerak. Mungkin efek tidur tadi malam.
Setelah
agak mendingan, Angga mengajak untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini kami
melewati tanjakan super ekstrim yang pernah aku temui. Namanya Tanjakan
Penyesalan, merupakan tanjakan dengan sudut 45o dan sangat panjang. Di tengah tanjakan
ini seringkali aku dan Purwo beristirahat. Setelah sampai di ujung tanjakan, akhirnya kami
memutuskan beristirahat sejenak.
Setelah
5 menit beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Jalan mulai datar, namun
energi kami cukup terkuras di tanjakan penyesalan. Akhirnya kami memutuskan
untuk berjalan santai. Setelah 1,5 jam
perjalanan dari pos kokopan kami sangat kelaparan dan dehidrasi. Beruntung kami
bertemu dengan rombongan pendaki dari Malang. Mereka memberi kami beberapa
lapis roti dan permen untuk menambah energi. Setelah dirasa cukup kami
melanjutkan perjalanan ke pos pondokan.
Beberapa
meter sebelum memasuki pos pondokan jalanan kembali menanjak, namun entah apa
nama tanjakan ini. Dengan energi yang telah terisi kembali kami akhirnya sampai
di pos Pondokan, pos terakhir sebelum melanjutkan pendakian ke gunung Arjuno
maupun Welirang. Di ujung tanjakan tersebut, kami menghela nafas sejenak. Di
pos ini banyak pondok-pondok yang di huni oleh penduduk setempat. Konon
penduduk-penduduk di sini suka mencuri barang milik pendaki yang sedang
ditinggal pemiliknya naik. Jadi harus waspada di pos ini.
Selanjutnya
kami mencari tempat untuk mendirikan tenda. Dan kami menemukan dataran dengan
alas rumput. Setelah tenda berdiri aku langsung memasak mie sedangkan Angga dan
Purwo mengisi botol kosong di sumber air Pondokan. Setelah mereka kembali kami
makan siang bersama dengan menu buatanku.
Pukul
13.00 kami melanjutkan pendakian menuju Puncak Arjuna. Pada perjalanan ini kami
hanya membawa satu tas carrier dan di bawa secara bergantian. Berjalanan ini
akan memakan waktu kira-kira 3 jam. Ditengah-tengah perjalanan kami berfoto ria
setelah melihat sabana yang cukup luas dengan latar Arjuna di belakangnya. 30
menit perjalanan kami sampai di Lembah Kidang, ternyata di sini juga banyak
pendaki yang ngecamp. Namun kami
tetap melanjutkan perjalanan. Setelah melewati Lembah Kidang, jalan setapak
mulai sulit dilihat membuat kami selalu berhati-hati memilih jalan. Selain itu
jalanan yang mulai menanjak membuat energi kami cukup terkuras.
Setelah
30 menit dari Lembah Kidang, sampailah kami di Pasar Dieng, sebuah tempat yang
agak luas dan terdapat batu besar di tempat ini. Di sini kami berfoto ria
dengan background Lembah Kidang. Konon di tempat ini ada cerita mistis, Pasar
Dieng adalah tempat berkumpulnya makhluk gaib untuk bertransaksi layaknya
sebuah padar. Wallahualam. Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan yang
kurang setengah perjalanan.
Jalan
semakin menanjak, menandakan kami telah sampai di Alas Lali Jiwo. Hutan ini
dipenuhi pohon cemara. Di sini jalan pendakian terlihat semu, sehingga kami
berhati-hati memilih jalan. Angga yang sedari tadi membawa carrier digantikan
oleh Purwo karena kecapekan. Wajar, pendakian kali ini adalah pendakian paling
ekstrim yang pernah aku lakukan.
Ditengah-tengah
perjalanan kami berjumpa dengan para pendaki yang telah turun. Maklum pukul
menunjukkan sekitar pukul 15.00. Sebetulnya ini adalah waktu untuk turun namun
kami tetap bertekad menuju puncak. Satu jam kemudian akhirnya kami sampai di
puncak. Udara dingin dan hembusan angin langsung menusuk pori-pori kami. Di
puncak Arjuno kami berfoto secara bergantian, sebenernya kami telah membawa
tripod namun karena hembusan angin yang kencang akhirnya kami foto bergantian.
Di puncak kami sempat melihat sunset, takut
kemalaman kami bergegas lebih cepat dan
langsung berlari menuju arah pulang.
Langkah-langkah
kami bergerak sangat cepat, mengejar waktu yang begitu cepat. Kini suasana agak
gelap, dan kami masih belum sampai di Alas Lali Jiwo. Pukul 17.30 kami sampai
di Alas Lali Jiwo yang sudah mulai gelap. Akhirnya kami memakai senter yang
telah kami bawa. Kali ini aku yang membawa tas carrier menuruni gunung.
Dengan
kondisi yang sangat kelelahan kami mencari jalan keluar bersama beberapa orang
yang juga akan kembali ke pondokan. Namun tiba-tiba kami tersesat, kami tidak
menemukan tanda-tanda jalan setapak. Kami sempat panik, namun berkat senter
kami yang menyala-nyala di tengah hutan, ada seseorang yang memanggil-manggil
kami dan mengarahkan kami ke jalan pendakian semula. Ternyata kami berada di
bawah jalur pendakian. Akhirnya kami pulang dengan rombongan yang telah
menyelamatkan kami dan teman-temannya.
Waktu
itu menunjukkan pukul 19.30, beberapa
meter kami berhenti karena ada anggota dari rombongan yang kami tumpangi
kecapekan. Karena sering berhenti aku, Angga, dan Purwo mudah lelah. Aku pun
berjalan menuruti orang yang ada di depanku.
Begitu juga dengan kedua temanku. Energi kami cukup terkuras oleh
pendakian awal kami tadi. Perbekalan makan pun sudah tidak ada. Hanya sebotol
besar air yang kami bawa dari pos pondokan. Setelah satu jam perjalanan kami
berhenti di Lembah Kidang. Di sana kami bertemu pendaki yang ngecamp yang bermalam di sana. Kami pun
diberi suguhan makanan sebagai penjagal perut. Namu tidak dengan aku dan Purwo
yang sudah tak kuat lagi untuk
berkativitas.
Setelah
sekitar 15 menit beristirahat, kami dan rombongan melanjutkan perjalanan. Kini
jalanku sempoyongan. Energi kini benar-benar habis, entah aku tak tahu jalan
yang terpenting mengikuti jalan orang yang ada di depanku. Setelah 30 menit
perjalan dari Lembah Kidang akhirnya kami sampai di pos Pondokan pukul 21.30.
Sesampai di samping tenda aku langsung merebah tubuh ke rerumputan. Begitu
capeknya perjalan ini.
Setelah
beberapa menit beristirahat aku langsung berdiri kembali membantu membuka tenda
yang telah kami kunci tadi siang. Wajar kami sedikit khawatir dengan penduduk
di sini. Setelah tenda terbuka akhirnya aku masuk terlebih dahulu dan masuk ke
dalam sleeping bag. Mengisi energi
kembali untuk pendakian ke puncak Welirang keesokan hari.
Wah keren onok arek smada pendaki gunung. Salam arek lumajang pisan lulusan smada pisan wkakak :D
BalasHapus