Jumat, 13 Desember 2013

My Crazy Journey : Perjuangan 3 Arjuna Mencari Asa pt 3

       
             Pukul 5.30. Kami pun bangun terlalu siang, mentari sudah mulai meninggi. Aku segera keluar dan aktivitas pendaki mulai ramai di pos kokopan. Angga sudah memulai kegiatan memasaknya. Kami memasak bubur instan yang aku bawa. Setelah bubur jadi, kami memakannya bersama-sama. Setelah itu, ada pembagian tugas, aku mengisi semua botol, angga dan purwo membersihkan peralatan memasak yang kotor. Setelah semua botol terisi, kami mencuci muka dan  menggosok gigi. Setelah semua beres barulah kami merubuhkan tenda dan segera melanjutkan perjalanan.
         
                Tak henti-hentinya perjalanan kali ini tetap melewati batuan yang menanjak. Tak lama berjalan kami melihat pemandangan gunung Penanggungan dari kejauhan dan kami berfoto dengan latar belakang pemandangan tersebut. Untuk menghemat waktu kamipun mendaki kembali menyusuri jalanan bebatuan. Setelah 45 menit perjalanan kami beristirahat cukup lama, entah mengapa dada aku cukup sesak untuk bergerak. Mungkin efek tidur tadi malam.


                Setelah agak mendingan, Angga mengajak untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini kami melewati tanjakan super ekstrim yang pernah aku temui. Namanya Tanjakan Penyesalan, merupakan tanjakan dengan sudut 45dan sangat panjang. Di tengah tanjakan ini seringkali aku dan Purwo beristirahat. Setelah  sampai di ujung tanjakan, akhirnya kami memutuskan beristirahat sejenak.
                Setelah 5 menit beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Jalan mulai datar, namun energi kami cukup terkuras di tanjakan penyesalan. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan santai.  Setelah 1,5 jam perjalanan dari pos kokopan kami sangat kelaparan dan dehidrasi. Beruntung kami bertemu dengan rombongan pendaki dari Malang. Mereka memberi kami beberapa lapis roti dan permen untuk menambah energi. Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan ke pos pondokan.

                Beberapa meter sebelum memasuki pos pondokan jalanan kembali menanjak, namun entah apa nama tanjakan ini. Dengan energi yang telah terisi kembali kami akhirnya sampai di pos Pondokan, pos terakhir sebelum melanjutkan pendakian ke gunung Arjuno maupun Welirang. Di ujung tanjakan tersebut, kami menghela nafas sejenak. Di pos ini banyak pondok-pondok yang di huni oleh penduduk setempat. Konon penduduk-penduduk di sini suka mencuri barang milik pendaki yang sedang ditinggal pemiliknya naik. Jadi harus waspada di pos ini.
                Selanjutnya kami mencari tempat untuk mendirikan tenda. Dan kami menemukan dataran dengan alas rumput. Setelah tenda berdiri aku langsung memasak mie sedangkan Angga dan Purwo mengisi botol kosong di sumber air Pondokan. Setelah mereka kembali kami makan siang bersama dengan menu buatanku.

                Pukul 13.00 kami melanjutkan pendakian menuju Puncak Arjuna. Pada perjalanan ini kami hanya membawa satu tas carrier dan di bawa secara bergantian. Berjalanan ini akan memakan waktu kira-kira 3 jam. Ditengah-tengah perjalanan kami berfoto ria setelah melihat sabana yang cukup luas dengan latar Arjuna di belakangnya. 30 menit perjalanan kami sampai di Lembah Kidang, ternyata di sini juga banyak pendaki yang ngecamp. Namun kami tetap melanjutkan perjalanan. Setelah melewati Lembah Kidang, jalan setapak mulai sulit dilihat membuat kami selalu berhati-hati memilih jalan. Selain itu jalanan yang mulai menanjak membuat energi kami cukup terkuras.
                Setelah 30 menit dari Lembah Kidang, sampailah kami di Pasar Dieng, sebuah tempat yang agak luas dan terdapat batu besar di tempat ini. Di sini kami berfoto ria dengan background Lembah Kidang. Konon di tempat ini ada cerita mistis, Pasar Dieng adalah tempat berkumpulnya makhluk gaib untuk bertransaksi layaknya sebuah padar. Wallahualam. Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan yang kurang setengah perjalanan.
                Jalan semakin menanjak, menandakan kami telah sampai di Alas Lali Jiwo. Hutan ini dipenuhi pohon cemara. Di sini jalan pendakian terlihat semu, sehingga kami berhati-hati memilih jalan. Angga yang sedari tadi membawa carrier digantikan oleh Purwo karena kecapekan. Wajar, pendakian kali ini adalah pendakian paling ekstrim yang pernah aku lakukan.
                Ditengah-tengah perjalanan kami berjumpa dengan para pendaki yang telah turun. Maklum pukul menunjukkan sekitar pukul 15.00. Sebetulnya ini adalah waktu untuk turun namun kami tetap bertekad menuju puncak. Satu jam kemudian akhirnya kami sampai di puncak. Udara dingin dan hembusan angin langsung menusuk pori-pori kami. Di puncak Arjuno kami berfoto secara bergantian, sebenernya kami telah membawa tripod namun karena hembusan angin yang kencang akhirnya kami foto bergantian. Di puncak kami sempat melihat sunset, takut kemalaman kami  bergegas lebih cepat dan langsung berlari menuju arah pulang.
                Langkah-langkah kami bergerak sangat cepat, mengejar waktu yang begitu cepat. Kini suasana agak gelap, dan kami masih belum sampai di Alas Lali Jiwo. Pukul 17.30 kami sampai di Alas Lali Jiwo yang sudah mulai gelap. Akhirnya kami memakai senter yang telah kami bawa. Kali ini aku yang membawa tas carrier menuruni gunung.
                Dengan kondisi yang sangat kelelahan kami mencari jalan keluar bersama beberapa orang yang juga akan kembali ke pondokan. Namun tiba-tiba kami tersesat, kami tidak menemukan tanda-tanda jalan setapak. Kami sempat panik, namun berkat senter kami yang menyala-nyala di tengah hutan, ada seseorang yang memanggil-manggil kami dan mengarahkan kami ke jalan pendakian semula. Ternyata kami berada di bawah jalur pendakian. Akhirnya kami pulang dengan rombongan yang telah menyelamatkan kami dan teman-temannya.
                Waktu itu menunjukkan pukul  19.30, beberapa meter kami berhenti karena ada anggota dari rombongan yang kami tumpangi kecapekan. Karena sering berhenti aku, Angga, dan Purwo mudah lelah. Aku pun berjalan menuruti orang yang ada di depanku.  Begitu juga dengan kedua temanku. Energi kami cukup terkuras oleh pendakian awal kami tadi. Perbekalan makan pun sudah tidak ada. Hanya sebotol besar air yang kami bawa dari pos pondokan. Setelah satu jam perjalanan kami berhenti di Lembah Kidang. Di sana kami bertemu pendaki yang ngecamp yang bermalam di sana. Kami pun diberi suguhan makanan sebagai penjagal perut. Namu tidak dengan aku dan Purwo yang sudah tak kuat lagi untuk  berkativitas.
                Setelah sekitar 15 menit beristirahat, kami dan rombongan melanjutkan perjalanan. Kini jalanku sempoyongan. Energi kini benar-benar habis, entah aku tak tahu jalan yang terpenting mengikuti jalan orang yang ada di depanku. Setelah 30 menit perjalan dari Lembah Kidang akhirnya kami sampai di pos Pondokan pukul 21.30. Sesampai di samping tenda aku langsung merebah tubuh ke rerumputan. Begitu capeknya perjalan ini.
                Setelah beberapa menit beristirahat aku langsung berdiri kembali membantu membuka tenda yang telah kami kunci tadi siang. Wajar kami sedikit khawatir dengan penduduk di sini. Setelah tenda terbuka akhirnya aku masuk terlebih dahulu dan masuk ke dalam sleeping bag. Mengisi energi kembali untuk pendakian ke puncak Welirang keesokan hari.

1 komentar:

  1. Wah keren onok arek smada pendaki gunung. Salam arek lumajang pisan lulusan smada pisan wkakak :D

    BalasHapus