Senin, 30 Januari 2012

Extremely And Beautiful Journey to Ranupane Village (Lake) Part 2


Waktu telah memanggil kami, dan kamipun segera turun ke balai desa tuk menitipkan motor kami masing-masing. Setelah itu, kami pergi ke pinggir danau Pane. Di sana telah banyak para PA yang sedang bekerja membersihkan danau sejak 1 hari sebelum kami datang. Tak banyak bicara, akupun mengambil sak tuk membersihkan tumbuhan liar tersebut.

Pukul 16.16, kamipun berhenti kerjabakti. Aku bergegas pergi ke masjid mungil milik perkampungan yang dikelilingi oleh bukit-bukit cantik parasnya untuk cuci muka dan mengubah tampilan. Kemudian, aku mendekatkan diri pada Sang Maha Kuasa. Sedangkan, teman-teman masih sibuk dengan bahan-bahan yang akan dimasak. Daripada menunggu lama, akupun mengeluarkan sekotak nasi lengkap dengan lauk pauk. Dan seketika, aku diserbu teman yang mempergokiku makan.

Tak lebih dari 5 menit, kotak makananku habis tak bersisa. Pukul 17.10 kami bahu-membahu tuk menyiapkan makan malam dengan peralatan sederhana. Dan aku memilih tuk mendirikan tenda. Tak mudah bagi saya dalam mendirikan tenda megah itu. Hampir 1 jam saya dibantu teman saya untuk mendirikan tenda tersebut.

Malam pun datang, tak senja lagi di langit. Bukit-bukitpun bersiap untuk bermimpi indah. Sedangkan aku, terguyur keringat akibat mendirikan tenda. Pukul 18.10 aku kembali mengabdi pada-Nya. 30 menit kemudian, makanan pun siap disajikan, kami berkumpul di dalam tenda megah tersebut. Makanan tak begitu istimewa, namun bagi kami itu adalah makanan ternikmat bagi kami. Dimakan bersama-sama bak satu keluarga.

Pukul 20.30 kami pun terseret oleh mimpi yang tak sempurna, bagaimana tak sempurna bila angin selalu menggoda kami dalam tidur. Tenda yang awalnya megah bergoyang-goyang tak beraturan, ditemani udara dingin yang menusuk pori-pori kulit namun aku tak peduli. Aku teruskan mimpiku sendiri.

Mentari mulai terbangun dari tidur, muncul dari balik bukit-bukit yang juga terbangun dari mimpi indahnya. Begitu dingin udara sekitar, membuatku tak kuasa tuk keluar dari tenda. Namun ku bertekad keluar dan bertarung dengan angin-angin yang siap menusukku dari arah manapun. Aku segera memperbaiki tenda yang telah sedikit rapuh tertiup angin malam. Dan aku segera mencuci muka, tak disangka air disana tak bersahabat denganku. Mereka pun memberikan tusukan dingin melebihi angin malam. Begitu mengigilnya aku pada saat itu.

to be continue.....

0 komentar:

Posting Komentar