Sabtu, 14 September 2013

Sepaket Kiriman dari Tuhan

Bismillahirrohmanirrohim
            Sabtu, 7 September 2013. Hari ini merupakan hari yang paling kutunggu-tunggu. Sebuah pertandingan futsal akan aku ikuti walaupun hanya memperebutkan tempat ketiga. Sebelumnya, aku sedikit pusing dengan jadwalku yang begitu padat. Di awali dengan bimbel pukul 2 siang hingga setengah 6 petang. Yah itulah rutinitasku sebagai pelajar kelas XII. Namun, aku lagi-lagi membolos demi mempersiapkan penampilan terbaikku di tim futsal senior sekolah. Aku pulang lebih awal pukul setengah 4 sore.
            Pukul 5.15 sore, aku berkumpul di sekolah serambi beribadah bersama dengan kawan setimku. Berdoa yang terbaik untuk hasil pertandingan hari ini. Setelah itu, akupun berangkat ke arena pertandingan. Hanya kurang 1 jam dimulai pertandingan, dadaku bergetar entah apa penyebabnya. Namun aku berusaha meredam ketegangan ini.  Kulihat suasana di sekelilingku yang mulai ramai dengan kedatangan supporter. Aku berharap aku dapat menampilkan performance terbaikku.
            Tak lama kemudian, pertandingan segera dimulai. Kali ini aku masuk ke dalam starting eleven. Aku berjanji bahwa tidak akan aku sia-siakan kesempatan ini. Waktu terus berlari begitu pula dengan kawan-kawan ku yang terus berlari merebut bola. Tak terasa timku sudah unggul 2-0 hingga peluit babak pertama berakhir.
            Babak kedua aku tetap dipercaya oleh pelatihku, pak Afif. Namun situasi kali ini sangatlah tegang. Permainan pun mulai tak indah ternodai permainan keras dan kasar. Supporter lawan mulai memaki-maki diriku, tapi bagiku, biarlah anjing menggonggong. Beberapa menit kemudian kedudukan menjadi 2-1. Pertandingan berjalan sangat ketat. Hingga akhirnya timku dapat memperbesar keunggulan menjadi 3-1 hingga pertandinga usai.
            Aku pun langsung sujud syukur atas kemenangan hari ini. Tak kusangka aku bermain full time dan bisa mengeluarkan kemampuanku secara maksimal dalam menjaga gawang. Dengan kemenangan itu, kami siap konvoi menuju sekolah dengan membawa trophy kejuaraan. Namun, dalam benak hatiku masih ada yang mengganjal hari itu entah aku tak tahu.
            Sebelum sampai di sekolah kami meredam kelaparan kami dengan mampir ke warles (warung lesehan). Setelah itu barulah kami menuju ke sekolah. Dan kami pun disambut oleh beberapa guru yang memang saat itu ada diklat dari beberapa ekskul. Waktu menunjukkan pukul 10, aku memutuskan untuk menginap di sekolah. Lagipula Aby, teman setim membawa laptop yang berisi PES 2013. Aku berpikir akan seru malam ini.
            Pukul 11.00. Aku tiba-tiba berpikiran untuk mengambil hp yang ada di tas. Sudah 5 jam tidak aku sentuh sama sekali mungkin saja ada panggilan tak terjawab. Dan firasatku benar, ada 3 panggilan tak terjawab dan 2 pesan diterima. Sepupuku dan ibuku ada di dalam daftar panggilan tersebut. Dan 2 pesan tersebut dari ayah dan ibuku yang isinya sama bahwa malam ini aku harus pergi ke Kunir karena papaku (om) mengalami kecelakaan. Kecurigaan mulai menghantuiku.  Bayangkan malam-malam pukul 11 disuruh berangkat ke tempat yang berjarak kurang lebih 18 km dari sekolahanku, jarang rumah lagi.
Namun tak lama lagi ibu memanggilku, dengan suara yang sedikit gemetar lagi-lagi aku harus pergi ke Kunir. Akupun bertanya mengapa harus malam ini? Mengapa harus ganti baju yang sedikit sopan. (waktu itu aku hanya memakai seragam futsal). Dan isak tangis ibuku tak terelakkan lagi, beliau berkata bahwa papaku (om) meninggal dalam kecelakaan maut yang dialaminya.
Pyar… hatiku pecah berkeping-keping. Seseorang yang begitu aku kenal hingga aku panggil papa layaknya papa kandung aku sendiri telah meninggal. Langkahku sedikit gemetar dan aku bergegas mengambil tas dan bertolak menuju Kunir. Aku pun melaju dengan kecepatan maksimal. Kurang lebih 15 menit aku sampai di Kunir dengan kecepatan penuh tadi. Ku lihat banyak orang yang datang ke rumah yang sudah satu bulan tidak aku kunjungi.
Dengan pakaian yang lebih sopan aku masuk taman depan dengan mencari sosok ayahku. Kulihat di dalam rumah sudah terpasang sebuah bangku berukuran 1 X 2 meter. Ternyata jenazah beliau masih belum datang. Masih dalam perjalanan dari RS Bhayangkara Jatiroto. Papaku menjadi satu-satunya korban tewas dalam kecelakaan maut Elf vs Bus Restu di Jalan Banyuputih-Jatiroto Lumajang.
Satu jam kemudian jenazah pun datang. Orang-orang yang berkumpul di rumah itu segera mengelilingi mobil ambulance yang membawa jenazah papaku. Setelah pintu dibuka jenazah langsung di bawa ke bangku tersebut. Isak tangis dari orang-orang di sekelilingku mulai melantun mengisi keheningan malam sebelumnya. Mengisi kedinginan malam yang menusuk kulit dalam perjalananku. Aku sejenak berdoa kepada Tuhan agar beliau diterima di sisiNya.
Tiba-tiba air mata ini menetes tanpa aku sadari. Orang yang selalu menghiburku sejak kecil telah kembali ke pangkuan Sang Illahi. Aku begitu tepukul dengan kejadian ini. Sudah berapa orang yang aku sayangi,  aku cintai meninggalkanku dengan begitu cepat tanpa memberi ucapan selamat tingga, tanpa berpamitan, tanpa memberi waktu untuk bisa mengikhlaskan semua ini. Tapi, ini memang takdir Tuhan kan. :’)
Aku kembali bersedih setelah mendapat kebahagian atas kemenanganku pada pertandingan hari ini. Mengapa semua ini selalu terjadi padaku? Mengapa setiap muncul kebahagiaan, pasti ada juga kesedihan? Apakah kebahagiaan itu satu paket dengan kesedihan? Apakah diri ini tak diperbolehkan untuk bahagia hingga kesedihan membuntutiku dari belakang?
Hati kecilku pun berkata “Tidak!”. Tuhan itu Maha Adil, di dunia ini memang tak ada yang sempurna, tak ada yang abadi. Tuhan selalu menjaga agar dunia tetap seimbang. Bila ada bahagia pasti ada kesedihan, ada putih pasti ada hitam, ada gagal pasti ada sukses. Tak ada seorangpun yang hanya merasakan kebahagiaan saja. Semua orang pasti pernah mengalami suka dan duka. Hanya diri kita sendirilah yang dapat mengubah hati kita untuk mengikhlaskan semua itu. Dan di balik sebuah peristiwa, di situlah ada hikmah yang dapat kita petik.
Hidup kita masih terus berjalan. Tapi kehidupan itu pasti akan diakhiri dengan kematian. Jangan menyesali sebuah kematian, karena kematian adalah hal yang pasti bagi umat manusia. Tak ada yang abadi, tak ada yang sempurna, itulah yang dapat aku petik hari ini.

Selamat tinggal PAPA, H. Saji. Aku dan semua keluarga yang ada disini selalu merindukanmu. Tidur yang tenang, semoga engkau bahagia berada di sisiNya. :’)

0 komentar:

Posting Komentar