Bismillahirrohmanirrohim
Sabtu, 7 September 2013. Hari ini
merupakan hari yang paling kutunggu-tunggu. Sebuah pertandingan futsal akan aku
ikuti walaupun hanya memperebutkan tempat ketiga. Sebelumnya, aku sedikit
pusing dengan jadwalku yang begitu padat. Di awali dengan bimbel pukul 2 siang
hingga setengah 6 petang. Yah itulah rutinitasku sebagai pelajar kelas XII.
Namun, aku lagi-lagi membolos demi mempersiapkan penampilan terbaikku di tim futsal
senior sekolah. Aku pulang lebih awal pukul setengah 4 sore.
Pukul 5.15 sore, aku berkumpul di
sekolah serambi beribadah bersama dengan kawan setimku. Berdoa yang terbaik
untuk hasil pertandingan hari ini. Setelah itu, akupun berangkat ke arena
pertandingan. Hanya kurang 1 jam dimulai pertandingan, dadaku bergetar entah
apa penyebabnya. Namun aku berusaha meredam ketegangan ini. Kulihat suasana di sekelilingku yang mulai
ramai dengan kedatangan supporter.
Aku berharap aku dapat menampilkan performance
terbaikku.
Tak lama kemudian, pertandingan
segera dimulai. Kali ini aku masuk ke dalam starting
eleven. Aku berjanji bahwa tidak akan aku sia-siakan kesempatan ini. Waktu
terus berlari begitu pula dengan kawan-kawan ku yang terus berlari merebut
bola. Tak terasa timku sudah unggul 2-0 hingga peluit babak pertama berakhir.
Babak kedua aku tetap dipercaya oleh
pelatihku, pak Afif. Namun situasi kali ini sangatlah tegang. Permainan pun
mulai tak indah ternodai permainan keras dan kasar. Supporter lawan mulai memaki-maki diriku, tapi bagiku, biarlah
anjing menggonggong. Beberapa menit kemudian kedudukan menjadi 2-1.
Pertandingan berjalan sangat ketat. Hingga akhirnya timku dapat memperbesar
keunggulan menjadi 3-1 hingga pertandinga usai.
Aku pun langsung sujud syukur atas
kemenangan hari ini. Tak kusangka aku bermain full time dan bisa mengeluarkan kemampuanku secara maksimal dalam
menjaga gawang. Dengan kemenangan itu, kami siap konvoi menuju sekolah dengan
membawa trophy kejuaraan. Namun, dalam benak hatiku masih ada yang mengganjal
hari itu entah aku tak tahu.
Sebelum sampai di sekolah kami meredam
kelaparan kami dengan mampir ke warles (warung lesehan). Setelah itu barulah
kami menuju ke sekolah. Dan kami pun disambut oleh beberapa guru yang memang
saat itu ada diklat dari beberapa ekskul. Waktu menunjukkan pukul 10, aku
memutuskan untuk menginap di sekolah. Lagipula Aby, teman setim membawa laptop
yang berisi PES 2013. Aku berpikir
akan seru malam ini.
Pukul 11.00. Aku tiba-tiba
berpikiran untuk mengambil hp yang ada di tas. Sudah 5 jam tidak aku sentuh
sama sekali mungkin saja ada panggilan tak terjawab. Dan firasatku benar, ada 3
panggilan tak terjawab dan 2 pesan diterima. Sepupuku dan ibuku ada di dalam
daftar panggilan tersebut. Dan 2 pesan tersebut dari ayah dan ibuku yang isinya
sama bahwa malam ini aku harus pergi ke Kunir karena papaku (om) mengalami
kecelakaan. Kecurigaan mulai menghantuiku.
Bayangkan malam-malam pukul 11 disuruh berangkat ke tempat yang berjarak
kurang lebih 18 km dari sekolahanku, jarang rumah lagi.
Namun tak lama lagi ibu memanggilku, dengan suara
yang sedikit gemetar lagi-lagi aku harus pergi ke Kunir. Akupun bertanya
mengapa harus malam ini? Mengapa harus ganti baju yang sedikit sopan. (waktu
itu aku hanya memakai seragam futsal). Dan isak tangis ibuku tak terelakkan
lagi, beliau berkata bahwa papaku (om) meninggal dalam kecelakaan maut yang
dialaminya.
Pyar… hatiku pecah berkeping-keping. Seseorang yang begitu
aku kenal hingga aku panggil papa layaknya papa kandung aku sendiri telah
meninggal. Langkahku sedikit gemetar dan aku bergegas mengambil tas dan bertolak
menuju Kunir. Aku pun melaju dengan kecepatan maksimal. Kurang lebih 15 menit
aku sampai di Kunir dengan kecepatan penuh tadi. Ku lihat banyak orang yang
datang ke rumah yang sudah satu bulan tidak aku kunjungi.
Dengan pakaian yang lebih sopan aku masuk taman
depan dengan mencari sosok ayahku. Kulihat di dalam rumah sudah terpasang
sebuah bangku berukuran 1 X 2 meter. Ternyata jenazah beliau masih belum
datang. Masih dalam perjalanan dari RS Bhayangkara Jatiroto. Papaku menjadi
satu-satunya korban tewas dalam kecelakaan maut Elf vs Bus Restu di Jalan
Banyuputih-Jatiroto Lumajang.
Satu jam kemudian jenazah pun datang. Orang-orang
yang berkumpul di rumah itu segera mengelilingi mobil ambulance yang membawa
jenazah papaku. Setelah pintu dibuka jenazah langsung di bawa ke bangku
tersebut. Isak tangis dari orang-orang di sekelilingku mulai melantun mengisi
keheningan malam sebelumnya. Mengisi kedinginan malam yang menusuk kulit dalam
perjalananku. Aku sejenak berdoa kepada Tuhan agar beliau diterima di sisiNya.
Tiba-tiba air mata ini menetes tanpa aku sadari.
Orang yang selalu menghiburku sejak kecil telah kembali ke pangkuan Sang
Illahi. Aku begitu tepukul dengan kejadian ini. Sudah berapa orang yang aku
sayangi, aku cintai meninggalkanku
dengan begitu cepat tanpa memberi ucapan selamat tingga, tanpa berpamitan,
tanpa memberi waktu untuk bisa mengikhlaskan semua ini. Tapi, ini memang takdir
Tuhan kan. :’)
Aku kembali bersedih setelah mendapat kebahagian
atas kemenanganku pada pertandingan hari ini. Mengapa semua ini selalu terjadi
padaku? Mengapa setiap muncul kebahagiaan, pasti ada juga kesedihan? Apakah
kebahagiaan itu satu paket dengan kesedihan? Apakah diri ini tak diperbolehkan
untuk bahagia hingga kesedihan membuntutiku dari belakang?
Hati kecilku pun berkata “Tidak!”. Tuhan itu Maha
Adil, di dunia ini memang tak ada yang sempurna, tak ada yang abadi. Tuhan
selalu menjaga agar dunia tetap seimbang. Bila ada bahagia pasti ada kesedihan,
ada putih pasti ada hitam, ada gagal pasti ada sukses. Tak ada seorangpun yang
hanya merasakan kebahagiaan saja. Semua orang pasti pernah mengalami suka dan
duka. Hanya diri kita sendirilah yang dapat mengubah hati kita untuk
mengikhlaskan semua itu. Dan di balik sebuah peristiwa, di situlah ada hikmah
yang dapat kita petik.
Hidup kita masih terus berjalan. Tapi kehidupan itu
pasti akan diakhiri dengan kematian. Jangan menyesali sebuah kematian, karena
kematian adalah hal yang pasti bagi umat manusia. Tak ada yang abadi, tak ada
yang sempurna, itulah yang dapat aku petik hari ini.
Selamat tinggal PAPA, H. Saji. Aku dan semua
keluarga yang ada disini selalu merindukanmu. Tidur yang tenang, semoga engkau
bahagia berada di sisiNya. :’)
0 komentar:
Posting Komentar