Senin, 17 Agustus 2015

Antara Salju, Kerang, Mutiara, dan Perompak Laut

Selamat malam, agak kaku nih mau ngeblog lagi sudah lama vakum. Maklum lagi sibuk kuliah, jarang libur om. :D Oh iya, maaf kalo blog terlihat usang, gak pernah dibersihin dan dirapiin. Inshaa Allah sepekan ini akan ane coba rapihiin. Oke tanpa banyak bacot lagi, yuk baca tulisan yang tak indah lagi ini. Selamat menikmati.
Wajah itu begitu teduh kutatap. Sudah tak asing aku melihat keindahan dirimu. Yah sudah satu tahun kita saling mengenal, saling bercanda tawa hingga sapa. Sudah berapa ribu kali kita bertukar kata yang tak begitu sulit untuk saling kita cerna. Kata-kata ringan yang mungkin tidak begitu berarti di ujung telingamu, namun begitu berharga di dalam lubuk hatiku. Suara yang mengalun indah dan menenangkan selalu aku rekam dalam memori yang sudah mulai penuh dengan kenangan-kenangan pahit dan perlahan menghapusnya seiring waktu berjalan .

Kau, kau yang selalu menari di dalam otakku. Pembuat seluruh pikiranku berantakan bak negeri antah berantah. Terkadang kau menyalakan sebuah percakapan dengan bertanya tentang sesuatu hal yang konyol, namun semua itu hanya membuat kamu semakin lucu. Tubuh mungilmu, sangat cocok dengan wajah cantik nan meneduhkan. Aku sangat merindukan secangkir percakapan dan sekarung canda tawa kita dulu.
Namun, kini kau sedikit berbeda. Kau memberikan satu genggam salju pada secangkir percakapan kita. Membuat sebuah kehangatan menjadi sebuah kebekuan. Kau bukan kau yang dulu lagi saat kita baru saling mengenal. Apakah ada sesuatu yang membuatmu harus menggenggam butiran kristal salju sehingga kebekuan menjajah kisah hangat kita yang cukup lama tercipta. Entahlah, hanya kau dan Tuhan yang dapat menjawabnya. Lalu ku perintahkan waktu untuk membawa sepucuk jawaban kepadaku.
Kini aku berlayar di tengah samudera tanpa seorangpun bersamaku. Hujan, ombak, badai, angin, petir, kerap kali menghantam perahu layarku. Berusaha mencari sebuah pulau untuk kujadikan tempat mendamaikan diri yang telah terbakar dengan berbagai api permasalahan yang sangat besar. Tetapi entah perahu layarku selalu berusaha untuk kembali menunjukkan bahwa engkaulah tempat untuk mendamaikan diri ini. Memang, bayangmu tak mudah terhapus oleh deburan ombak samudera. 
Lihatlah di tengah samudera itu. Banyak perompak yang bermunculan menuju dirimu. Saling beradu meriam satu sama lain. Dan layarku ku hentikan dari kejauhan karena aku tak mau tertimpa peluru meriam yang sangat menyakitkan itu. Aku tak mau tertimpa untuk kesekian kalinya, masih banyak luka-luka yang belum aku sembuhkan. Namun apa daya aku tak dapat menghindar dari meriam tersebut. Tiba-tiba sebuah perompak menabrak perahuku dan membombardir seluruh layarku.
Kini hanya sebuah pelampung menyelimuti tubuh keronta ini. Dan arahku  terseret ombak semakin jauh darimu. Ku coba berenang sekuat tenaga melawan arus ombak namun tetap saja aku tak kuasa. Mungkin sudah saatnya aku sedikit menjauh untuk mempersiapkan jiwa ini lebih baik lagi. Menjadikan jiwa sebagai kerang laut yang lebih kuat lagi. Agar dapat melindungi mutiara indah sepertimu dari para perompak yang berusaha mencurimu.
Hanya doa yang selalu aku selimutkan padamu untuk menjaga dari para perompak mencurimu. Kini aku terdampar di sebuah pulau. Berdoa dan bersujud padaNya. Semoga suatu saat aku dapat memperbaiki perahuku yang telah hancur dan berlayar kembali menuju mutiara laut nan indah, Kamu. Dan mengajakmu berlayar bersama. :)

Tak ada kata seindah doa
Oleh karena itu, izinkanlah aku berdoa untukmu    
Itulah yang selalu dapat aku lakukan di setiap sujudku
Janganlah kau bersedih 
Sesungguhnya Allah bersama kita

Ranuyoso, 17 Agustus 2015
@KhafidzHidayat 23:20
Mxvwirubrx zebraoszuluisnew                             
                                                                       
                                   



0 komentar:

Posting Komentar