Hamparan air biru tersorot oleh mataku,
melihat begitu indahnya alam negeri ini. Aku kini duduk terpaku dihiasi
kebisingan suara mesin perahu. Tak lama lagi, aku akan sampai ke tempat yang
aku tunggu-tunggu. Rasa lelahpun terobati oleh penampakan pesisir yang akan
membawaku pada tempat kedamaian bagi manusia tak terlalu beruntung sepertiku.
“Semangat!! Tempat yang akan kita tuju semakin
dekat kawan!” ucap salah satu teman seperjuanganku.
Rombongan
yang telah menyeretku ke pulau ini memang sebagian besar amatir dalam
berpetualang, tak terkecuali aku. Rasa lelah dan letih terlukiskan pada raut
wajah kusam mereka. Namun dengan semangat yang tersisa, ku awali langkah tuk
menuju surga bagi para petualang.
Rerimbunan
pohon menemaniku dalam setiap perjalananku. Suara burung-burung yang asing
bagiku, selalu terdengar dalam gendang telingaku. Barisan rombongan yang
panjang terlihat olehku sambil menyusuri jalan setapak. Sayang semakin lama
barisan tersebut semakin menyusut.
Sampai
akhirnya tertinggal aku dan 6 temanku. Dari ketujuh orang tersebut hanya aku,
Reynaldi dan Mas Luqman dari golongan adam. Dan aku bertugas menjadi pemimpin
rombongan mungil itu.
“Teman-teman
yang lain kemana nih, masa gak ada yang kasihan sama kita.” keluh Rara, teman
serombonganku.
Dengan
kewibawaan Mas Luqman, ia menenangkan dan menyemangati aku dan kelima
teman-temanku. “Tenang saja, gak usah khawatir, yang penting kita selalu berdoa
dan berusaha.” katanya.
“Ok
mas.” kataku.
Suara
deburan ombak sempat terdengar oleh rombonganku, namun tak lama kemudian, suara
itu lenyap dari sinyal telingaku. Yang kudengar hanyalah suara alam hutan pada
umumnya. Dan saat itulah aku dan teman seperjuanganku mulai panik. Jalan
setapak yang tak bersahabat itu terpisah menjadi dua arah. Kuputuskan untuk
selalu berpedoman pada arah kebaikan, yaitu kanan.
Namun, sempat kulihat pertarungan antara lipan dengan
kadal. Pertarungan
sengit untuk tetap hidup. Sama sepertiku, aku bertarung menantang alam untuk
dapat melihat paras cantiknya. Jalanan
semakin terjal, namun semua itu tak dapat mematahkan semangat juangku tuk
mencapai tujuan.
Sesampai
puncak hutan, akupun berhenti sejenak tuk mengisi nafas. Setelah itu,
kulanjutkan perjalananku. Tak lama kemudian di samping kananku terdapat
hamparan air payau yang belum begitu jelas kulihat. Akupun semakin bersemangat
untuk segera sampai tujuan. Kupercepat gerakan kaki-kakiku ini.
“Teman,
ayo buruan, tempat yang akan kita tuju semakin dekat! Percepat langkah kita!” seruku kepada teman-temanku di
belakangku.
“Alhamdulillah, akhirnya kita hampir
sampai ke tempat yang telah lama kita idamkan.” kata salah satu temanku.
Menyusuri jalan setapak yang hampir
menemui ajalnya, akupun mulai melihat hamparan pasir putih dan air tenang yang
menciptakan sebuah anak laut yang begitu indah. Sesampai di ujung nafas jalan
setapak, akupun turun dan segera mencari tempat untuk beristirahat sejenak
sambil menunggu kawan yang lain yang masih berjuang menuju kemari.
“Alhamdulillah Ya Allah, kau telah
mengijinkanku tuk melihat kebesaranMu ini.” ucapku dalam hati.
Seiring bergulirnya sang waktu, sang
raja siang pun mulai tenggelam dari tahtanya. Akupun segera menyiapkan segala
kebutuhan tuk menyambut indahnya hari esok. Sambil mengabadikan pengalaman
untuk kujadikan kenangan terindah dalam hidupku.
0 komentar:
Posting Komentar