Jumat, 4 Januari 2013.
Pukul 9.00 WIB, kami berkumpul di sanggar Kwarcab
Lumajang. Aku dan teman-teman bersiap untuk mengikuti Ekspedisi Teh Manis IV ke
Kawah Ijen (2.799 mdpl). Sebelumnya ETM IV akan direncanakan ke Gunung Arjuna,
berhubung liburan tinggal 3 hari, Kawah Ijenlah menjadi pilihan yang tepat bagi
kami. Pukul 10.00 kami berangkat menggunakan mobil elf biru. Kami berharap mendapat
banyak pengalaman dari ekspedisi ini. Dan semoga dalam perjalanan kami selamat.
Sekitar pukul 11.30 kami berhenti sejenak untuk
beribadah Sholat Jumat. Dan setelahnya kami melanjutkan perjalanan kami. 1 jam
kemudian, kami mulai diguyur hujan dan mulai melewati bukit-bukit terjal,
menandakan kami sudah dekat dengan
kawasan Kawah Ijen yang berada di perbatasan Bondowoso-Banyuwangi, Jawa Timur..
Beberapa portal penjagaan kami lewati, memang status Kawah Ijen pada waktu itu
adalah berstatus siaga. Melewati hutan
membuat suhu udara sekitar menjadi mulai dingin, mungkin kami sudah diatas
ketinggian 1600 mdpl.
Pukul 14.30
kami sampai di pos paltuding, dimana pos
tersebut menjadi base camp kami malam
ini. Kami mulai mendirikan sebuah tenda hoop dan 2 tenda doom di sebua tanah
yang cukup lapang. Malamnya kami berkumpul untuk makan malam dan bersenda gurau
di sebuah gazebo dekat tenda kami berdiri. Untuk menghemat waktu dan stamina,
kamipun tidur pukul 21.00 dan oleh guide kami Kak Priyo menyuruh semua alarm
berbunyi pukul 2.30. Kami semua mulai pergi kea lam mimpi.
Pukul 2.30 sebuah kejadian aneh terjadi pada kami.
Semua alarm yang diset ternyata tidak berfungsi sehingga kami semua bangun
pukul 3.00 dan segera bergegas menyiapkan perlengkapan mendaki guna mengejar sunrise di puncak. Sebenarnya bila kami
berangkat lebih pagi dari itu, kami akan bertemu dengan blue fire. Sebuah fenomena alam yang muncul dari danau asam Kawah
Ijen. Namun, karena kami mempunyai tujuan utama hanya sampai puncak Kawah Ijen,
jadi kami tidak begitu mempermasalahkan blue
fire.
Sebelum memulai pendakian kami berdoa bersama agar
diberi keselamatan selama di perjalanan. Bagiku jalur pendakian ke kawah Ijen
tidak begitu susah. Jalur pendakian berupa jalan pasir selebar 3-5 meter.
Kawasan Kawah Ijen sudah dirawat dan dikembangkan menjadi kawasan pariwisata
oleh Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi. Pukul 4.30 kami sudah mendapat
setengah perjalanan. Padahal perjalanan yang harus kita tempuh yaitu sekitar 3
km dengan waktu normal 2 jam. Dan pukul 5.30 kami sudah dekat dengan puncak,
kami pun segera mempercepat langkah agar dapat melihat sunrise dan hanya hitungan menit kami sudah mencapai di puncak
Kawah Ijen.
Hamparan hijau toska yang merupakan air danau asam
mulai terlihat dari atas. Asap yang keluar dari kawah ijen juga mulai
menggumpal menutupi pemandangan yang indah. Langit jingga mulai terlihat di
ufuk timur menandakan kami masih dapat melihat sunrise. Kami bertemu dengan orang-orang yang lebih dahulu mencapai
puncak. Dan tak lupa kami berfoto dengan banner yang telah kami buat. Setelah
puas, kami turun menuju kawah utama kawah ijen. Jalannya cukup terjal berupa
bebatuan tajam sehingga memaksa kami untuk tetap focus dan berhati-hati. Di
tengah perjalanan, kami berfoto lagi dengan penampakan danau asam yang lebih
besar lagi. Pusat keluarnya gas belerangpun mulai terlihat dari sini.
to be continue.....
0 komentar:
Posting Komentar