Senin, 14
Oktober 2013
Pukul 06.30, matahari pun dengan cepat menyinari daerah di sekitar
pos Pondokan. Ku sibak sleeping bag yang telah semalam menyelimutiku. Ku coba keluar, menikmati udara pagi Pondokan
yang segar. Ternyata temanku, Angga, telah bangun lebih pagi dan ia mengambil
beberapa keindahan alam lewat kamera yang ia bawa. Setelah itu, baru lah Purwo
terbangun dari mimpi buruknya semalam
(mungkin :D).
Kemudian, di pagi hari itu, kami berencana untuk memasak nasi. Dan
kami membagi tugas dimulai dari aku yang dan Angga untuk menanak nasi. Yah
alhasil, nasi buatanku agak keras. Namun lebih parah nasi buatan si Angga.
Nasinya mengerak dan yah semua orang pasti enggan memakannya. Karena kegagalan
kami dalam memasak nasi (karena perbedaan ketinggian dengan di rumah) maka kami
putuskan hanya memasak mie instan (lagi-lagi makan mie instan -_-). Tiga
bungkus mie kami tuangkan ke dalam panci yang telah terisi air. Setelah 5
menit, masakan kami selesai dan melahapnya bersama-sama.
Pukul 07.00, aku dan Angga berkeinginan pergi ke gunung Welirang,
namu Purwo kecapek an akibat pendakian tadi malam. Dan akhirnya hanya aku dan
Angga berdua pergi ke Gunung Welirang. Dengan berbekal tas karier yang isinya
tak seberat kemarin, kamipun berangkat. Jalanan yang lumayan landai membuat
kami sedikit bersemangat. Langkah demi langkah kami percepat, dan tak lama
kemudian, tanjakan yang tidak begitu terjal mulai terlihat. Setiap ada pendaki
turun kami bertanya, dan ternyata gunung Welirang sudah dekat.
Dan tak salah lagi, setelah menempuh perjalanan 1,5 jam, kami sampai
di daerah dimana banyak kapur berserakan. Yah memang Welirang juga merupakan
gunung yang memiliki tekstur kapur. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan,
dan kami melihat sebuah gua entah aku lupa namanya. Konon dulu di sekitar gua
itu banyak rusa berkeliaran dadn dijadikan penangkaran rusa oleh pemerintah
Belanda. Bahkan bekas bangunan disana masih terlihat. Kami pun beristirahat
sejenak dan berfoto di mulut gua. Ternyata juga ada sekelompok pendaki yang
beristirahat di gua tersebut. Setelah 15 menitan, kami melanjutkan perjalanan.
Jalanan berkapur dan tajam menemani kami selama perjalanan. Garis streamline pun juga membimbing kami ke
puncak gunung Welirang. Dan setelah 15 menit perjalanan akhirnya kami sampai di
puncak gunung Welirang. Di sana kami berfoto ria tak lupa Angga mengeluarkan tripodnya
yang telah ia masukkan k etas kariernya. Setelah puas berfoto, kami
berkeinginan ke puncak sejatinya, namun ada pendaki lain yang memperingatkan
karena jalannya yang sempit dan kanan kiri adalah jurang. Akhirnya kami ke
puncak sejati tidak sejati (hamper setara). Disana kami menghabiskan waktu
cukup lama.
Di puncak itu, terlihat puncak Arjuna yang menjulang tinggi dimana
kemarin kami telah menakhlukan puncak tersebut. Kemudian kami tak lupa berfoto
dengan beberapa tulisan di kertas karton pesanan dari teman-teman di kelas. Dan
karena terlalu lama di puncak, kami pun merasa kepanasan.
Pukul 10.00 kami turun dari puncak Welirang. Perjalanan pulang kami ke pos Pondokan cukup cepat daripada berangkatnya. Setelah 1 jam perjalanan kami pun sampai di pos Pondokan dan disana kami melihat Purwo sendirian. Hari ini hanya ada beberapa tenda yang ada di pos Pondokan, begitu sepi, mungkin karena besoknya adalah Hari Raya Idul Adha. Pukul 11.15 kami memasak makanan yang tersisa, dan lagi-lagi hanya ada beberapa bungkus mie instan. Dan kami membuka tiga bungkus mie untuk dimasak. Setelah itu kamipun melahap bersama-sama mie instan tersebut.
Pukul 10.00 kami turun dari puncak Welirang. Perjalanan pulang kami ke pos Pondokan cukup cepat daripada berangkatnya. Setelah 1 jam perjalanan kami pun sampai di pos Pondokan dan disana kami melihat Purwo sendirian. Hari ini hanya ada beberapa tenda yang ada di pos Pondokan, begitu sepi, mungkin karena besoknya adalah Hari Raya Idul Adha. Pukul 11.15 kami memasak makanan yang tersisa, dan lagi-lagi hanya ada beberapa bungkus mie instan. Dan kami membuka tiga bungkus mie untuk dimasak. Setelah itu kamipun melahap bersama-sama mie instan tersebut.
Setelah itu, kami bergegas untuk turun dari pos Pondokan, kami mepacking semua barang yang keluar termasuk tenda. Dan
tak lupa kami mengisi air hanya untuk perjalan pos Pondoka-pos Kokopan karena
air di pos Pondokan terkontaminasi dengan rasa besi. Setelah semua fix barulah
kami bertiga berdoa agar diberi keselamatan hingga pos selanjutnya dan diikuti
dengan yel-yel yang telah kami buat dua hari yang lalu.
Pukul 13.00, akhirnya kami meninggalkan pos Pondokan. Menuruni
jalanan bebatuan yang kemarin telah kami lalui. Semangat langkah kami kini membara,
yah mungkin karena terlalu letih dalam menakhlukan kedua puncak nan gagah
tersebut dan ingin segera pulang. Dengan langkah yang begitu cepat dan jalanan
yang menurun membuat lutut kami sedikit nyeri. Tapi semua itu kami hilangkan
dengan canda tawa kami, sesekali kami berlomba-lomba berjalan dengan cepat
layaknya mainan Tamiya yang sedang melaju.
Di tengah perjalanan ada hal
lucu yang sempat kami temui. Tiba-tiba kami melihat sebuah penampakan bayangan
hitam, dan ternyata itu adalah monyet hitam penghuni lereng gunung Arjuna. Dan
tiba-tiba Angga memanggil si monyet dengan menyebutkan namaku namun si monyet
tak menggubris. Dan kini giliranku memanggil si monyet dengan nama Angga, dan
seketika itu si monyet menoleh ke arah kami. Khawatir monyet mengejar kami,
kami bertiga pun langsung lari terbirit-birit. Suasana saat itu kacau tapi tetap
mengasikkan. Betapa tidak, berlari menuruni jalanan bebatuan sambil tertawa
terbahak-bahak, dan ditemani pikiran terkejar si monyet tadi. Syukur setelah
100 meteran kami berhenti dan kami beristirahat sejenak sambil menyalahkan satu
sama lain.
Sekitar 2 jam perjalanan kami
sampai di pos Kokopan, disana kami mengisi kembali air yang lebih segar, karena
hanya di pos Kokopan yang air nya paling segar. Di pos ini , kami beristirahat
1 jam dikarenakan si Angga yang lagi
berbisnis dengan alam (baca:pup). Setelah itu, kami berfoto ria untuk terakhir
kali di pos Kokopan.
Pukul 16.00 kami melanjutkan
perjalanan turun menuju pos awal, dengan energi yang masih tersisa, kami
menuruni jalanan bebatuan yang dua hari yang lalu telah kami lalui. Hanya
pepohonan dan semak belukar yang kini kami lihat. Dan lagi-lagi ada suara
ranting bergesekan, mungkin ada monyet yang sejenis seperti yang telah kami
lihat sebelumnya. Kami pun agak mempercepat langkah kami.
Pukul 18.00 akhirnya kami sampai
di pos awal. Kami beristirahat sejenak di depan tempat registrasi. Setelah itu
kami laporan dan mengambil menyelesaikan administrasi terakhir sebelum
meninggalkan Tretes. Namun sebelum
meninggalkan Tretes, kami membersihkan badan yang tidak terjamah oleh sabun
pembersih selama 3 harian.
Akhirnya pukul 19.00 kami
mencari angkutan yang membawa kami turun menuju terminal Pandaan. Selama di
tengah perjalanan, lagi-lagi kami melihat keindahan malam kota Tretes. Di hiasi
lampu-lampu rumah di lereng Gunung Arjuna. Begitu indah bak bintang-bintang di
langit. Dengan mata yang sedikit sayup, akhirnya kami sampai di terminal
Pandaan pukul 19.30. Namun di terminal Pandaan masih sepi bis. Dengan terpaksa
kami menunggu bis hingga pukul 20.00.
Akhirnya kami naik bis jurusan
Malang, dengan badan yang sedikit pegal kami paksakan untuk melewati perjalanan
akhir kami. Setelah 45 menit perjalanan, kami sampai di Purwosari dan kami
harus oper bis untuk jurusan Jember. Pukul 21.00 akhirnya kami menemukan bis
walau harus berdiri di tengah lelahnya badan kami.
Sebuah perjalanan yang begitu
gila yang baru pertama kali kami lalui. Perjalanan yang sangat menguras energi
kami. Namun semua itu tuntas terbayar dengan pengalaman dan keindahan alam
Gunung Arjuna-Welirang.
The
end
0 komentar:
Posting Komentar